Reporter: Surtan PH Siahaan |
JAKARTA. Ekonomi dunia yang melemah membuat seret transaksi komoditas. Toh itu tak membuat pelaku industri pengangkutan batubara tiarap. PT Trans Power Marine Tbk (TPMA), perusahaan pelayaran dengan jasa utama pengangkutan batubara, misalnya, justru berniat menggelar ekspansi lantaran kelebihan permintaan.
Perusahaan yang berdiri tahun 2005 ini bersiap menambah jumlah armada. Trans Power berencana membeli empat sampai tujuh set kapal tunda dan kapal tongkang. TPMA juga akan membeli satu floating crane. Rencana pembelian tersebut akan direalisasikan selambatnya pada semester I tahun 2014.
Dana pembelian kapal baru tersebut berasal dari initial public offering (IPO). Trans Power melepas 395 juta saham setara dengan 15% dari modal ditempatkan dan disetor penuh ke Bursa Efek Indonesia, 20 Februari 2013 lalu. Harga saham TPMA kala itu Rp 230 per saham. Artinya, Trans Power berhasil meraup dana segar Rp 90,8 miliar.
Emiten pelayaran ini sampai bulan lalu telah memiliki 21 kapal tunda dan 23 tongkang. Sekretaris Perusahaan Trans Power Marine, Rudy Sutiono mengatakan, untuk menutupi kekurangan kapal, Trans Power menyewa armada dari perusahaan lain.
Rudy berharap, dengan penambahan armada bisa mencukupi lonjakan permintaan pelanggan. "Kami kerepotan melayani permintaan pelanggan yang minta penambahan armada," ujar dia, Rabu (7/3).
Pelanggan lokal
Selama ini, pelanggan Trans Power berasal dari dalam negeri. Menurut Rudy, ini adalah resep bisa bertahan di tengah lesunya transaksi batubara dunia. Bisnis Trans Power memang berbeda dengan perusahaan pelayaran lain yang banyak menggaet klien asing.
Sejak awal berdiri, Trans Power memang sudah fokus melayani perusahaan lokal. Pelanggan TPMA diantaranya, PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB).
Menurut Rudy, porsi pengguna jasa dari dalam negeri mencapai 95%. Tapi, TPMA juga masih mendapat kontrak pengiriman ke luar negeri seperti ke Filipina. "Pengguna jasa kami adalah konsumen langsung. Jadi, kami tak terpengaruh iklim ekonomi luar negeri," ujar Rudy.
Selain itu, Trans Power Marine juga melakukan diversifikasi pelanggan. Namun, mereka tetap meningkatkan porsi jasa angkut batubara. TPMA ingin dengan volume angkut yang semakin besar bisa menggelembungkan pendapatan berkelanjutan.
Pada akhir 2012 lalu, TPMA memperoleh kontrak anyar dari PT Krakatau Steel Tbk dan perusahaan kayu, PT Korintiga Hutani.
Rudy bilang, Krakatau Steel menggunakan jasa mereka untuk mengangkut bijih besi olahan (sponge rotary kiln). Sementara, Korintiga Hutani menggunakan jasa TPMA untuk mengangkut serat kayu
Kata Rudy, prospek bisnis TPMA tumbuh terlihat dari penambahan kontrak baru tiap tahun. Emiten yang kini tengah dalam proses lobi sejumlah kontrak baru ini menargetkan bisa meningkatkan kinerja 20%-30% di tahun ini.
Proyeksi Rudy, TPMA bisa membukukan pendapatan sebesar US$ 40 juta-US$ 50 juta sampai akhir tahun 2012. Dengan tambahan armada baru diharapkan bisa meningkatkan pendapatan dan laba TPMA. Bila armada bertambah, TPMA bisa mengurangi biaya sewa kapal.
Berdasarkan laporan keuangan yang disajikan dalam prospektus, kinerja PTMA juga tidak bisa dibilang jelek.
Hingga kuartal III-2012, pendapatan TPMA mencapai US$ 37 juta, naik 24,5% dari US$ 29,7 juta year on year. Tapi, karena peningkatan beban umum dan administrasi, laba bersih di periode itu turun dari US$ 6,8 juta di kuartal III-2011 menjadi US$ 6,5 juta di kuartal III-2012.
Sementara, total utang Trans Power tercatat US$ 39,4 juta. Utang itu terdiri dari US$ 21,5 juta utang jangka pendek dan US$ 17,9 juta utang jangka panjang
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News