Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Gihon Telekomunikasi Indonesia Tbk menargetkan pembangunan sebanyak 67 menara telekomunikasi sepanjang tahun ini. Puluhan tower anyar tersebut akan dibangun di wilayah Kalimantan, Sumatra, Sulawesi dan Papua.
"Hingga Juni 2018 sudah dikerjakan 63 menara, terdiri 38 new site menara dan 25 colocation tenant baru, kata Direktur Utama PT Gihon Telekomunikasi Indonesia Tbk Rudolf Parningotan Nainggolan kepada KONTAN, Selasa (24/7).
Untuk ekspansi menara, emiten dengan kode saham GHON di Bursa Efek Indonesa (BEI) ini mengucurkan belanja modal sebesar Rp 70 miliar. Gihon merupakan perusahaan yang bergerak di bisnis penyewaan dan pengelolan menara base transceiver station (BTS) sebagai sarana penunjang telekomunikasi.
Sampai akhir tahun lalu, tercatat jumlah menara yang dimiliki GHON sebanyak 491 menara dengan 212 kolokasi. Sehingga, apabila target pembangunan 67 tower baru tercapai, maka di akhir tahun ini GHON bakal memiliki 558 menara. Per 31 Desember 2017, perusahaan ini mengoperasikan menara telekomunikasi sebanyak 372 di Jawa, 150 di Sumatra serta 14 di Kalimantan.
Sebagai informasi, Gihon menyewakan BTS kepada operator telekomunikasi untuk keperluan transmisi sinyal suara dan data nirkabel melalui perjanjian sewa jangka panjang yang umumnya berdurasi 10 tahun. Adapun operator utama yang selama ini menjadi klien Gihon adalah XL Axiata sebesar 51%, Telkomsel sebesar 17%, Hutchison Tri sebesar 14%, serta Indosat Ooredoo sebesar 9%.
Rudolf juga optimistis, prospek kebutuhan infrastruktur penunjang telekomunikasi akan semakin bertambah seiring dengan bergesernya tren komunikasi dari layanan suara ke data. Alhasil, operator telekomunikasi semakin gencar menawarkan layanan 4G di perkotaan hingga pelosok daerah.
Sedangkan untuk tantangan bisnis pada tahun ini, Rudolf menyampaikan, adanya kecenderungan sedikit terganggunya cashflow operator akibat pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. Karena dollar AS yang semakin menguat dan koreksi pelanggan di operator, ungkap dia.
Dana hasil IPO
Sebelumnya, Gihon mendapatkan dana sebesar Rp 178,8 miliar dari initial public offering (IPO) yang dilaksanakan pada Maret 2018. Kala itu, GHON menawarkan harga perdana Rp 1.170 per saham.
Sampai saat ini, GHON sudah menggunakan lebih dari 80% dana dari hasil IPO tersebut. Manajemen perusahaan ini telah menggunakan sekitar 53,7% dana hasil IPO atau setara Rp 92,9 miliar untuk melunasi pinjaman dari PT Bank Mandiri Tbk.
Sedangkan 26,4% dana dari hasil IPO atau setara Rp 45,8 miliar dipakai untuk memenuhi kebutuhan modal kerja. Kini, GHON masih menyisakan 19,1% atau Rp 34,1 miliar dana hasil IPO.
Menurut Rudolf, sisa dana IPO akan dipakai untuk pengembangan usaha. Rencana bisnis 2018 secara moderat tumbuh 15%, kata dia.
Namun tik menutup kemungkinan perusahaan akan mencari sumber dana lagi jika diperlukan untuk membiayai rencana bisnis selama 2018. Jika perlu pertumbuhan organik, bank menjadi pilihan pertama, kata Rudolf.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News