Reporter: Raka Mahesa W |
JAKARTA. PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS) semakin agresif menambah jaringan pusat belanja. Pengelola RALS berniat membangun delapan gerai baru di 2011. Jumlah itu meningkat dua kali lipat dibandingkan pusat belanja baru di 2010 yang sebanyak empat gerai.
Gerai-gerai baru ini akan lebih banyak berdiri di luar Jawa. Maklumlah, selama ini pusat belanja Ramayana di luar Jawa berkontribusi lebih besar terhadap total pendapatan RALS.
Hingga pertengahan Februari 2011, total gerai RALS sebanyak 117 gerai. Jumlah ini segera bertambah mengingat satu gerai baru di Padalarang, Jawa Barat, siap beroperasi pada Maret nanti. RALS menyiapkan Rp 200 miliar untuk belanja modal atau capital expenditure (capex) tahun ini. Dana capex berasal dari kas internal.
Prospek kinerja
Peritel yang menyasar kelas menengah ke bawah ini bernafsu menambah gerai baru lantaran pada tahun lalu gagal memenuhi targetnya. RALS sedianya membangun 10-12 gerai baru, tapi hanya terealisasi empat gerai selama 2010. RALS kala itu menyiapkan capex Rp 300 miliar.
Tahun ini, RALS bisa mencapai target itu. "Penundaan ekspansi tahun lalu mungkin direalisasikan tahun ini," kata Jansen Kustianto, Analis Sinarmas Sekuritas.
Dengan tambahan gerai, manajemen RALS menargetkan penjualan tahun ini mencapai Rp 6,70 triliun. Target penjualan itu naik 10,93% dari realisasi penjualan 2010 yang senilai Rp 6,04 triliun.
Analis berpendapat, fokus RALS mengembangkan gerai baru di luar Jawa akan berdampak positif terhadap penjualan. Jansen memperkirakan penjualan dari luar Jawa tahun ini akan tumbuh 15%. Kenaikan itu lebih tinggi dari perkiraan pertumbuhan penjualan di kawasan Jabodetabek yang hanya 1%-2%.
Analis Erdhika Elit Sekuritas, Arief Fahruri, memprediksi penjualan RALS pada tahun ini akan tumbuh setinggi 15%. Jumlah ini di atas rata-rata pertumbuhan sektor ritel yang sebesar 11%-13%.
Menurut dia, kinerja RALS akan terdongkrak jika target ekspansi gerai baru bisa tercapai tahun ini. "Tanpa ekspansi, kinerja RALS akan tumbuh tak jauh dari sektor ritel, yakni 11%-13%," kata Arief.
Selain faktor ekspansi, penjualan RALS akan terpengaruh fluktuasi harga pangan dan inflasi. Ini mengingat segmentasi RALS adalah masyarakat menengah ke bawah.
Faktor lainnya adalah pergerakan harga komoditas, seperti minyak sawit mentah (CPO). Maklumlah, konsumen RALS di luar Jawa banyak menggantungkan hidup dari perkebunan. Analis melihat harga komoditas tahun ini naik sehingga bisa mendongkrak daya beli masyarakat.
Jansen menaksir laba bersih RALS di 2011 mencapai
Rp 540 miliar, naik 28,88% dari estimasi 2010. Harga saham RALS juga lebih murah dibandingkan harga rata-rata industri ritel. Jansen menghitung price to earning ratio (PER) RALS di 2011 sebesar 14 kali dan PER industri 18-19 kali.
Arief dan Adrian Joezer, analis UOB Kay Hian Securities, menyarankan beli RALS, dengan target masing-masing Rp 930 dan Rp 1.130 per saham. Jansen merekomendasikan netral dengan target Rp 810 per saham. Harga RALS, Rabu (9/3), naik 2,44% jadi
Rp 840 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News