Reporter: Narita Indrastiti, Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. Indeks Harga saham Gabungan (IHSG) diharapkan bisa lebih kuat pada era pemerintahan baru Joko "Jokowi" Widodo dan Jusuf Kalla. Pasar sensitif terhadap pemberitaan atas pemerintahan baru. Pasar sudah terlihat memandang optimistis pelantikan Jokowi-JK yang akan digelar hari ini, Senin (20/10).
Satrio Utomo, Kepala Riset Universal Broker Indonesia mengatakan, ada kegembiraan dari pasar dalam menyambut era pemerintahan baru. Namun, kegembiraan ini tak akan lama. Pasalnya, dalam waktu dekat, BBM subsidi juga akan naik. Sehingga dalam jangka pendek, akan ada koreksi pasar. "Jokowi Effect" kemungkinan hanya akan melambungkan IHSG dalam beberapa hari ke depan. Lalu, investor akan mengantisipasi rencana kenaikan harga BBM pada November 2014.
Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri menuturkan, pertemuan Jokowi dengan Prabowo setidaknya melegakan investor. Sebab pemerintah Jokowi-JK butuh sinergi dengan parlemen untuk mengeluarkan kebijakan strategis, seperti Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi.
John Daniel Rachmat, Kepala Riset Mandiri Sekuritas dalam riset menulis, Jokowi sudah mengemukakan rencana untuk menaikkan harga BBM bersubisidi Rp 3.000 per liter pada November.
Masalahnya, rencana itu harus dibarengi dengan penambahan anggaran Bantuan Langsung Tunai (BLT) kepada masyarakat miskin. John bilang, anggaran BLT dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Perubahan 2014 hanya cukup untuk kenaikan harga BBM Rp 2.000 per liter.
Untuk itu, Jokowi, dengan persetujuan DPR, harus menaikkan anggaran BLT jika ingin menaikkan harga BBM bersubsidi Rp 3.000 per liter.
Hans bilang, kenaikan harga BBM bersubsidi menjadi risiko pertama yang dihadapi investor di masa awal pemerintahan Jokowi-JK. Pasalnya, kebijakan ini bakal membawa efek melonjaknya inflasi dan suku bunga acuan Bank Indonesia alias BI rate.
Hans menghitung, setiap kenaikan harga BBM Rp 1.000 per liter, inflasi naik 1%-1,5%. "Imbasnya, BI juga akan menaikkan BI rate ke level sekitar 7,75%-8%," prediksi dia.
Awasi sentimen global
Menurut Hans, sentimen global juga akan membawa efek besar pada pergerakan IHSG. Bank Sentral Eropa (ECB) dan Uni Eropa memang belum sepaham mengenai kebijakan ekonomi yang akan diambil untuk memulihkan perekonomian di sana.
ECB memandang Eropa semestinya menggelar program stimulus ekonomi seperti yang dilakukan Amerika Serikat. Sementara Uni Eropa lebih menginginkan strategi pengetatan anggaran. "Perselisihan ini menghadirkan ketidakpastian tersendiri mengenai arah pemulihan ekonomi Eropa," jelas Hans.
Sementara itu Satrio bilang, di tahun depan, kebijakan The Fed juga akan menjadi penggerak pasar. Jika beberapa minggu lalu, sudah ada kepastian kalau The Fed tidak akan menaikkan suku bunga terlalu besar. Namun bisa jadi tahun depan, The Fed akan menaikkan suku bunga acuan. Ini tentu akan membuat likuiditas global kekeringan sehingga kurang menguntungkan bagi pasar dalam negeri.
Namun, Satrio yakin, kondisi pasar dalam negeri di tahun depan akan lebih stabil. Pasar akan berharap kebijakan Jokowi bisa mempercepat pembangunan dan kebijakan untuk memangkas utang.
Dengan begitu, William Suryawijaya, Analis Asjaya Indosurya Securities menambahkan, respon investor asing juga akan positif. Arus dana asing diharapkan masih bisa membanjiri bursa jika indikator makro dalam negeri mulai membaik. "Tahun depan harapannya current account sudah cukup stabil dan menjadi indikator positif," ujar dia.
William pun masih yakin, tahun ini IHSG masih punya ruang kenaikan cukup besar. Jika pemerintahan baru bisa cukup konsisten untuk cepat menjalankan program, maka IHSG bisa berlari lebih kencang. Pasar akan mengamati dalam 30 hari dan 100 hari masa kepemimpinan pemerintahan baru.
Tahun depan, William yakin IHSG bisa menembus 6.000. Sementara hingga akhir tahun ini bisa di 5.300-5.626. Jika menembus 5.600, IHSG bisa ditutup di 5.626.
Sementara Satrio lebih konservatif. Dia memproyeksikan, IHSG di resistance 5.200-5.650 hingga akhir tahun dan support di 4.000-4.200. Ini sebagai reaksi pasar pada kenaikan BBM bersubsidi.
Hans menilai, IHSG akhir tahun bisa di 5.150-5.200. Dan untuk pekan ini IHSG bergerak pada support 4.973-4.900 dan resistance 5.059-5.093.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News