kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Gejolak sentimen eksternal picu kenaikan persepsi risiko Indonesia (CDS)


Kamis, 14 Oktober 2021 / 20:32 WIB
Gejolak sentimen eksternal picu kenaikan persepsi risiko Indonesia (CDS)
ILUSTRASI. CDS credit default swap risiko berinvestasi di Indonesia meningkat


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Persepsi risiko terhadap Indonesia belakangan ini cenderung naik. Hal ini tercermin dari kenaikan level Credit Default Swap (CDS), khususnya tenor lima tahun dalam sebulan terakhir.

Merujuk Bloomberg, level CDS 5 tahun Indonesia pada 13 September 2021 sempat berada di level 66,50, namun angka tersebut terus naik hingga sempat menyentuh level 95,81 pada Senin (11/10). Kendati begitu, pada Kamis (14/10), level CDS 5 tahun sudah mulai turun ke level 86,46.

Head of Fixed Income Bank Negara Indonesia Fayadri mengingatkan, pergerakan CDS tidak hanya semata dipengaruhi oleh faktor fundamental dan sentimen domestik pada suatu negara, tapi dipengaruhi juga oleh dinamika yang terjadi di kawasan regional maupun global. 

Sementara untuk CDS Indonesia, ia melihat dalam sebulan terakhir ini pergerakannya lebih dominan dipengaruhi oleh faktor dari luar negeri. Pasalnya, dari dalam negeri tidak ada suatu kejadian atau rilis data fundamental yang memberikan sentimen negatif terhadap pergerakan CDS Indonesia.

Baca Juga: Arus modal asing kembali mengalir masuk pada awal Oktober 2021

Namun, jika bicara sentimen dari eksternal, terdapat beberapa hal yang mempengaruhi. Mulai dari FOMC meeting pada 23 September lalu yang akhirnya mengumumkan rencana kebijakan tapering dan kenaikan suku bunga. 
Disusul rangkaian rilis data ekonomi, khususnya data inflasi dan data ketenagakerjaan AS yang memperlihatkan ekspektasi perbaikan ekonomi AS.

“Akan tetapi, kenaikan CDS yang terjadi dalam sebulan terakhir ini masih wajar jika melihat berbagai sentimen yang ada. Apalagi, CDS tenor 5 tahun juga sudah mulai menguat kembali seiring meredanya sentimen tersebut,” kata Fayadri kepada Kontan.co.id, Kamis (14/10).

Lebih lanjut, sampai akhir tahun nanti, Fayadri melihat CDS Indonesia sepertinya masih akan berfluktuasi, dan masih akan lebih banyak dipengaruhi oleh faktor dari luar negeri. Salah satunya adalah FOMC meeting 4 November mendatang yang digadang-gadang akan menjadi momen The Fed mengetuk palu mengenai kebijakan tapering-nya. 

Sementara dari dalam negeri, ia meyakini laju kenaikan CDS Indonesia dapat ditahan melalui kontribusi dari penguatan fundamental ekonomi. Apalagi, hasil penanganan Covid-19 di Indonesia belakangan ini terus menunjukkan tren yang bagus. 

“Kegiatan perekonomian yang berangsur-angsur mulai pulih seiring pelonggaran PPKM diharapkan dapat memberikan kontribusi positif terhadap penguatan fundamental ekonomi Indonesia,” imbuh Fayadri.

Ia memperkirakan, masih akan ada ruang penguatan untuk pasar obligasi Indonesia dan membaiknya level CDS dari posisi saat ini. 

Dus, ia meyakini yield SBN acuan 10 tahun masih berpotensi untuk turun ke level 6,1% - 6,2% pada akhir tahun nanti.

Selanjutnya: Minggu keempat September 2021, BI catat arus modal asing hengkang Rp 5,92 triliun

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×