kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45895,55   2,12   0.24%
  • EMAS1.333.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Gas alam hanya berpeluang rebound terbatas


Senin, 02 Mei 2016 / 16:55 WIB
Gas alam hanya berpeluang rebound terbatas


Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Meski tengah melandai, harga gas alam masih berpeluang menguat lagi pada perdagangan Selasa (3/5). Pasalnya, bakal ada rilis data ekonomi Tiongkok yang mungkin menyokong pasar komoditas. Namun, pergerakan harganya relatif terbatas.

Mengutip Bloomberg, Senin (2/5) pukul 13.11 WIB, harga gas alam kontrak pengiriman Juni 2016 di New York Mercantile Exchange (Nymex) menguap 1,97% dibandingkan hari sebelumnya ke level US$ 2,135 per mmbtu.

Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim menduga, Selasa (3/5), harga gas alam berpotensi rebound. Katalis pendukung kemungkinan bersumber dari China. Negeri Tembok Besar ini akan merilis data indeks pertumbuhan manufaktur China versi swasta alias Caixin Manufacturing PMI per April 2016 yang diduga mencapai 49,8. Proyeksi tersebut lebih tinggi dari realisasi bulan Maret 2016 yang tercatat 49,7.

"Katalis positif dari China akan menyokong harga gas alam, sebab, negara ini merupakan salah satu pengguna komoditas energi terbesar di dunia," papar Ibrahim.

Meski demikian, ia menduga, kenaikan bersifat terbatas, lantaran pemerintah Amerika Serikat (AS) umumnya mengintervensi harga gas alam agar tidak terlalu mahal. Maklum, 40% stok gas alam AS mengalir bagi sektor rumah tangga Negeri Paman Sam.

Adapun, hingga akhir semester I-2016, Ibrahim memprediksi, harga gas alam akan bergulir di kisaran US$ 2 hingga US$ 2,3 per mmbtu. Sekalipun naik hanya terbatas, lantaran pasokan yang tinggi terus membayangi pasar.

Mengutip data Energy Information Administration (EIA) per 22 April 2016, stok gas alam di AS mencapai 73 triliun kaki kubik. Angka tersebut lebih tinggi dari konsensus pasar yaitu hanya 71 triliun kaki kubik.

Terlebih, masih ada rencana kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) alias The Fed yang kini di level 0,25% - 0,5%. Jika The Fed mewujudkan rencananya, penguatan dollar AS akan menekan harga gas alam. Sebab, komoditas ini diperdagangkan dalam mata uang dollar yang kian mahal.

"Harga gas alam juga belum terbantu dari sisi permintaan. Negara-negara barat mulai masuk musim panas. Perekonomian global juga cenderung melambat," imbuh Ibrahim.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Accounting Mischief Practical Business Acumen

[X]
×