Reporter: Avanty Nurdiana, Astri Kharina bangun, KONTAN | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) berniat membersihkan neracanya dari akumulasi kerugian. Emiten itu berniat melakukan kuasi reorganisasi dengan melakukan pemangkasan nilai nominal saham di tahun ini. Pemilihan waktu kuasi reorganisasi disesuaikan dengan rencana perubahan acuan standar akuntansi keuangan yang berlaku di Indonesia.
Direktur Keuangan GIAA Elisa Lumbatoruan menuturkan, akumulasi kerugian emiten itu sampai akhir 2010 mencapai Rp 6,8 triliun. Namun defisit ini belum diperhitungkan dengan hasil penawaran saham baru alias inital public offering (IPO) yang berlangsung awal tahun ini. Ini yang menjadi alasan manajemen Garuda untuk melakukan kajian terlebih dulu. "Yang pasti, kami akan meminta persetujuan dari pemegang saham dahulu," ujar dia.
Karena defisit masih tersisa sampai periode pelaporan keuangan tahun 2010, GIAA belum mampu membagikan dividen kepada para pemegang saham. "Jika kami jadi melakukan kuasi reorganisasi, tahun depan kami bisa membagikan dividen," ujar Elisa. Namun tanpa kuasi reorganisasi, emiten itu baru bisa membagi dividen di tahun 2014.
Laba bersih GIAA sepanjang 2010 senilai Rp 515 miliar, anjlok 49% daripada tahun sebelumnya. Bahkan GIAA mengalami rugi usaha Rp 67,16 miliar, dibandingkan dengan laba usaha Rp 918,29 miliar untuk 2009.
Padahal pendapatan usaha maskapai itu Rp 19,53 triliun, tumbuh 9,4% per tahun. Jumlah penumpang maskapai plat merah juga meningkat menjadi 13 juta penumpang dari tahun sebelumnya yang hanya 10,3 juta orang.
Penyebab penurunan laba bersih menurut Emirsyah Satar Presiden Direktur GIAA, adalah agenda ekspansi, termasuk pembelian 24 unit pesawat baru di tahun lalu. "Kami juga harus menambah jumlah kru pesawat, baik kabin maupun cockpit crew," ujar dia.
Selain itu GIAA juga menurunkan frekuensi penerbangan karena ada bencana alam di dalam negeri seperti Gunung Merapi dan Bromo. "Penerbangan ke Surabaya kami buka tapi jalur lebih panjang sehingga biaya juga lebih mahal," terang Elisa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News