kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Gara-gara corona, penjualan emiten makanan dan minuman diprediksi turun pada Ramadan


Kamis, 23 April 2020 / 21:23 WIB
Gara-gara corona, penjualan emiten makanan dan minuman diprediksi turun pada Ramadan
ILUSTRASI. Pendapatan emiten makanan dan minuman pada Ramadan dan Lebaran tahun ini bisa turun dibandingkan tahun lalu.


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bulan Ramadan dan Lebaran akan segara tiba, tetapi pandemi Covid-19 masih terjadi di Indonesia. Kondisi ini diprediksi akan memengaruhi kinerja emiten makanan dan minuman yang biasanya dapat mengerek pemasukan pada momentum Ramadan dan Lebaran.

Analis RHB Sekuritas Indonesia Michael Wilson Setjoadi menilai, pendapatan para emiten makanan dan minuman pada Ramadan dan Lebaran tahun ini bisa turun dibandingkan tahun lalu. Mengingat, pemerintah DKI Jakarta memperpanjang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sampai dengan 22 Mei 2020. Hal ini mungkin juga akan diikuti oleh wilayah lain yang telah menerapkan PSBB.

Alhasil, hingga menjelang Lebaran nanti, mobilitas warga masih sangat dibatasi sehingga berpengaruh pada perputaran roda ekonomi. "Tingginya tingkat pemutusan hubungan kerja (PHK) dan kemungkinan tunjangan hari raya (THR) yang tidak cair juga bisa memberatkan permintaan," tutur Michael kepada Kontan.co.id, Kamis (23/4).

Baca Juga: IHSG menguat 0,57% pada penutupan perdagangan Kamis (23/4)

Sementara itu, Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Okie Ardiastama melihat, penjualan emiten makanan dan minuman saat Ramadan dan Lebaran masih akan tumbuh, tetapi tidak setinggi tahun lalu. "Secara keseluruhan sekitar 2-3% month to month (mom). Padahal, pada momen Ramadan dan Lebaran 2019, penjualannya bisa naik 3%-6%," kata dia.

Hal tersebut sejalan dengan permintaan masyarakat yang diprediksi tidak tumbuh signifikan. Okie memperkirakan, tingkat permintaan masyarakat terhadap makanan dan minuman pada bulan Mei akan sama seperti April 2020.

Di sisi lain, ia menilai, meski pusat perbelanjaan sepi, hal tersebut tidak bisa dijadikan kesimpulan bahwa omzet para emiten juga berkurang signifikan. Pasalnya, beberapa perusahaan saat ini giat untuk menjual produknya melalui platform online. "Bahkan ada beberapa perusahaan yang ikut turun langsung melayani pelanggan lewat media sosial ataupun bekerja sama dengan perusahaan e-commerce," ungkap Okie.

Baca Juga: Kalbe Farma (KLBF) menjadi salah satu emiten tahan banting di tengah pandemi corona

Ditambah lagi, pola berbelanja masyarakat cukup bergeser, dari menggunakan uang fisik menjadi beralih ke uang elektronik dengan berbagai penawaran menarik. Kondisi ini memberikan pilihan dan kenyamanan bagi masyarakat untuk tetap membeli kebutuhan sehari-hari di tengah pandemi Covid-19.

Oleh karena itu, ia merekomendasikan investor untuk membeli saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) secara bertahap. Alasannya, pergerakan harga saham pada saat ini masih sideway.

Untuk ICBP, ia menyarankan investor untuk membeli pada kisaran harga Rp 9.900-Rp 10.200 per saham dengan target harga jangka menengah Rp 11.100 per saham dan cut loss di level 9.700-9.550. Untuk UNVR, tingkat ideal pembelian berada di kisaran Rp 6.775-Rp 7.250 per saham dengan targat harga jangka menengah Rp 8.500 dan cut loss di level 6.700-6.500.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×