kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Gaji petinggi emiten jumbo naik


Sabtu, 08 April 2017 / 14:55 WIB
Gaji petinggi emiten jumbo naik


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Jajaran komisaris dan direksi emiten kakap turut menikmati manisnya pertumbuhan kinerja bisnis tahun lalu. Kompensasi yang diterima manajemen kunci terus membesar.

Tahun lalu, pertumbuhan gaji tertinggi ditorehkan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM). Sepanjang 2016, total kompensasi yang diterima jajaran direksi dan komisaris TLKM mencapai Rp 427 miliar. Jumlah ini tumbuh 154% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, Rp 168 miliar.

Jika dibagi rata, direksi dan komisaris TLKM mendapat gaji dan imbalan kerja senilai Rp 2,85 miliar per tahun. "Soal remunerasi ini, sudah disetujui para pemegang saham," kata Arief Prabowo, Vice President Corporate Communications TLKM ke KONTAN, Jumat (7/4).

Kompensasi yang diterima ini sudah termasuk gaji bulanan, ditambah tantiematau bonus kinerja, tunjangan lain dan imbalan pasca kerja selama satu tahun.

Selain TLKM, pengurus PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) juga menikmati kenaikan gaji dan bonus cukup besar. Pertumbuhannya mencapai 28% year-on-year (yoy) menjadi Rp 892,124 miliar.

Tapi, kondisi berbeda terjadi di sektor perbankan. Dari empat bank jumbo, cuma manajemen BBRI dan BMRI yang mendapat kenaikan kompensasi. Kompensasi direksi BMRI naik 11% jadi Rp 402,92 miliar dan gaji petinggi BBRI naik 3% jadi Rp 305,23 miliar.

Sedang gaji bos BBCA susut 1% menjadi Rp 414,59 miliar. Bahkan penghasilan petinggi BBNI merosot 15% menjadi Rp 121,99 miliar.

Kompensasi yang diterima sangat bergantung kinerja. Dalam kompensasi itu, ada tantiem yang dipengaruhi perolehan laba. "Ketika laba naik, tantiemyang diterima juga naik," ujar analis Koneksi Kapital, Alfred Nainggolan.

Sebaliknya, ketika laba turun, maka tantiem ikut susut. Tapi ini hanya salah satu basis perhitungan. Masih ada perhitungan lain, seperti pemberian kompensasi berdasarkan kapitalisasi pasar. "Kompensasi yang diterima sejauh ini sesuai dengan tanggung jawab dan sebanding dengan kinerja yang dihasilkan," jelas Alfred.

Tapi, ia memberikan satu catatan bagi BMRI. Jika gaji naik karena kenaikan rutin tahunan, itu wajar. Tapi, jika porsi tantiem yang diterima membesar, hal ini kurang pas dengan kinerja BMRI.

Tahun lalu, tantiem yang diterima direksi BMRI Rp 242,81 miliar, naik 17% dibanding periode sama tahun sebelumnya. Padahal, laba tahun berjalan BMRI di 2016 Rp 14,65 triliun, turun 31% dibanding 2015. "Seharusnya, ada punishment atau pemberian kompensasi yang berbanding lurus dengan kinerjanya," ungkap Alfred.

Bima Setiaji, analis NH Korindo Securities Indonesia, sependapat. Basis perhitungan kompensasi memang banyak, tapi juga harus dilihat apakah kenaikannya setara dengan pertumbuhan laba. "Jangan kompensasi naik 10% tapi laba malah minus," cetus Bima.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×