Reporter: Yuliana Hema | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tanda-tanda resesi di Amerika Serikat (AS) kian dekat dengan adanya perlambatan ekonomi. Namun yang menarik, pasar Indonesia malah punya fundamental yang kuat.
Kontraksi pada ekonomi di AS mulai tampak dari laporan penjualan ritel (retail sales) Desember 2022 tercatat turun 1,1% secara bulanan atau month on month (MoM). Angka itu lebih rendah dari ekspektasi minus 0,8% MoM.
Berkaca dari itu, The Fed masih tidak menurunkan nada hawkish. Para pejabat bank sentral AS ini semakin menegaskan Fed Fund Rate (FFR) akan bertahan minimal 5% tahun ini.
Serupa, European Central Bank (ECB) pun masih hawkish dan memastikan suku bunga bank sentral zona Eropa masih akan berada di level tinggi untuk beberapa waktu. Sebab inflasi Eropa masih di level 9,2% dan CPI Inggris masih bertengger di 10,5%.
Head of Research NH Korindo Sekuritas, Liza Camelia menilai resesi diperlukan agar bank sentral AS dan Eropa bisa mulai pivot, tapi tidak ada yang menginginkan terjadinya resesi yang begitu dalam.
Baca Juga: Wall Street Tergelincir: Dow, S&P 500 dan Nasdaq Kembali Ditutup Melemah
Dengan begitu, yang saat ini tengah diincar adalah soft landing agar inflasi bisa turun pelan-pelan ke target AS di 2%, tanpa mengorbankan ekonomi terlalu banyak.
"Jadi sangat wajar dan sangat bisa dipahami kenapa pandangan hawkish Fed Fund Rate di atas 5% akan jadi kenyataan tahun ini," jelasnya kepada Kontan, Kamis (19/1).
Namun cerita lain datang dari pasar dalam negeri. Liza menilai secara fundamental Indonesia sangat solid dan punya data yang kuat, tapi sangat wajar jika kadang tersenggol sentimen regional maupun global.
"Jangan terlalu terpaku dengan outlook ekonomi global yang suram. Trading opportunities datang dan pergi seiring perkembangan dalam negeri," ujarnya.
Pasar saham Indonesia memang akan ikut volatil, tapi akan didukung oleh masa depan kendaraan listrik (EV) dan infrastrukturnya, keunggulan komoditas, pembukaan pintu di China, dan tahun pemilu 2024.
Ditambah pembangunan IKN sudah mulai jalan. Secara keseluruhan Indonesia punya banyak hal yang bisa dijadikan isu fundamental sehingga bisa menggerakkan pasar dalam negeri.
"Tinggal pintar-pintar saja memilih timing rotasi sektor dan terus updated sepanjang waktu," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News