Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Isu soal suku bunga The Fed seiring dengan berlangsungnya rapat Federal Open Market Committee (FOMC) masih cukup signifikan mempengaruhi pasar. Penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) salah satunya dipicu oleh rapat yang selalu mengundang rumor itu, bahkan jauh sebelum rapatnya berakhir.
IHSG pada perdagangan Rabu, (26/7) ditutup melorot 13,33 poin atau 0,23% ke level 5.800,21. Padahal, sepanjang sesi I perdagangan, indeks masih mampu bertahan di zona hijau.
"FOMC menyebabkan para pelaku pasar lebih memilih sikap untuk wait and see," ujar M. Nafan Aji, analis Binaartha Parama Sekuritas kepada KONTAN, Rabu (26/7). Meski dinilai masih sehat, namun sentimen FOMC tersebut yang menyebabkan penurunan indeks.
Aditya Perdana Putra, analis Semesta Indovest sependapat. FOMC membuat pasar cenderung mengambil sikap wait and see. Karena sikap itu yang diambil, maka pelaku pasar saat ini cenderung mengambil inisiatif trading jangka pendek.
Hal itu tercermin dari posisi asing sepanjang perdagangan Rabu kemarin yang mencatatkan net buy di pasar reguler senilai Rp 276,88 miliar, berbeda pada sehari sebelumnya dimana asing justru mencatat net sell di pasar reguler Rp 252 miliar.
Net buy Rp 276,88 miliar itu didominasi oleh akumulasi saham perbankan. Ini mengapa sektor perbankan pada perdagangan kemarin menguat disaat sejumlah sektor lainnya melemah. Pembelian bersih tertinggi pada saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar Rp 100,6 miliar, dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) Rp 99,7 miliar.
Sepekan sebelumnya, saham perbankan didera ramainya aksi jual. Namun, belakangan ini muncul hasil kinerja sektor perbankan yang hasilnya positif.
"Ini mengapa terjadi akumulasi saham perbankan, namun mereka masih bermain short positiion, hanya untuk jangka pendek," jelas Aditya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News