Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Wahyu T.Rahmawati
JAKARTA. Setiap instrumen investasi pasti diikuti oleh risiko. Ronald Andi Kasim, Presiden Direktur PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) punya strategi tersendiri dalam meminimalisir risiko itu. Ronald mengutamakan prinsip kehati-hatian dalam pemilihan produk investasi. Baginya, berinvestasi tanpa strategi dan pengetahuan, sama dengan berjudi.
Ronald memulai investasi ketika ia mengadu nasib ke Amerika Serikat (AS) pada tahun 1998. Saat itu, tidak banyak pilihan instrumen investasi. Ronald menempatkan dananya di reksadana campuran dan reksadana saham. Ronald memilih reksadana karena produk itu dikelola oleh manajer investasi yang sudah paham instrumen pasar.
Seiring berjalannya waktu, ia tertantang mempelajari produk-produk investasi dengan lebih dalam. Ia pun mengikuti program pendidikan Chartered Financial Analyst (CFA) di AS.
Berbekal pengetahuan, Ronald makin agresif dalam berinvestasi. Ia mulai menjajal secara langsung instrumen saham. Pada tahun 2006, ia hijrah ke Dubai, Uni Emirat Arab. Di sini, Ronald pertama kali menjajal instrumen saham. Ia membeli saham-saham perusahaan di Bursa Dubai.
Proses berinvestasi ini tak sepenuhnya berjalan mulus. Saat itu di Dubai tengah ramai dibicarakan proses IPO sebuah perusahaan. "Katanya, kalau beli akan langsung naik harganya. Saya tidak banyak menganalisa dan melakukan investigasi yang cukup. Karena ikut-ikutan, saya beli," katanya.
Euforia pasar terhadap saham itu tak terbukti. Ronald terpaksa cut loss saham tersebut. "Saya belajar di situ. Tidak boleh hanya ikut-ikutan beli atau jual. Sejak itu, saya menjadi lebih cermat dalam memitigasi risiko," ujar dia.
Pada tahun 2008, Ronald kembali ke Tanah Air. Dia pun memindahkan seluruh portofolionya di luar negeri ke instrumen reksadana di Indonesia. Karena kesibukan pekerjaan membuatnya tak lagi sempat berinvestasi sendiri di saham.
Ronald tak sembarang memilih produk. Ia mencari produk dari manajer investasi besar dan punya catatan bagus. Ia pun rajin melakukan diversifikasi produk sesuai dengan kondisi pasar.
Tak hanya instrumen pasar modal, Ronald juga berinvestasi di properti. Investasinya mulai dilakukan sejak ia masih berada di Dubai. Produk properti yang dipilihnya adalah apartemen. "Waktu itu apartemen memang sekaligus untuk ditempati. Tetapi, saya juga membeli properti di Jakarta, khusus untuk disewakan," katanya.
Dalam memilih properti, Ronald mengutamakan lokasi dan kualitas. Soalnya, properti merupakan instrumen investasi yang kurang likuid. Sangat penting untuk memilih lokasi yang tepat agar mudah dijual.
Ronald menempatkan 65% portofolionya di reksadana pendapatan tetap, sebesar 25% di properti untuk investasi jangka panjang, dan sisanya di deposito.
Dia memilih reksadana pendapatan tetap karena produk ini minim risiko. Ia pun tak lagi banyak mementingkan return yang tinggi. "Return punya hubungan erat dengan risiko. Saya lebih mencermati risikonya dulu, pasti return akan mengikuti. Itu hukum pasar," jelasnya.
Ronald tidak lagi berinvestasi di pasar saham. Ronald dilarang meletakkan investasi pribadinya di perusahaan-perusahaan yang menjadi klien Pefindo. "Tidak boleh ke obligasi langsung karena takut konflik kepentingan," ujarnya.
Dia cukup percaya diri pada pasar obligasi korporasi. Menurutnya, return obligasi korporasi makin meningkat dan menguntungkan. Jika suku bunga makin naik, Ronald memilih switching ke reksadana campuran atau obligasi baru yang lebih merefleksikan kondisi terkini. Ronald mengatakan, yang terpenting adalah kesadaran dan kedisiplinan berinvestasi.
Investasi itu adalah sebuah keharusan
Bagi Ronald, berinvestasi adalah sebuah keharusan. Investasi yang baik adalah investasi yang mencermati risiko dan tujuan. Menurut dia, setiap orang yang sudah berpenghasilan seharusnya bisa menyisihkan sebagian pendapatan ke instrumen investasi.
Instrumen investasi yang makin beragam memberi banyak pilihan bagi investor. Namun, menurut Ronald, kini makin banyak masyarakat yang justru disinvestasi dengan berutang. "Berutang itu bisa saja kalau cash flow kita memungkinkan. Namun, itu tidak baik karena bukannya berinvestasi malah disinvestasi," jelasnya. Dia bilang, usia produktif adalah usia ketika masih awal bekerja. Usia ini masih memungkinkan untuk menyerap portofolio ke instrumen yang lebih agresif.
Ronald mengajarkan prinsip-prinsip berinvestasi pada buah hatinya. Ayah tiga orang anak ini mengatakan, edukasi investasi ke anak diajarkan melalui skema menabung. "Saya mengajarkan mereka mengalokasikan dana dan saya membuatkan mereka akun tabungan di bank," jelasnya. Dana kuliah putera pertamanya sebagian dari tabungan sendiri.
Ronald yang hobi bermain golf ini berinvestasi untuk kebutuhan dana pensiun dan masa depan keluarga. Kalau ada dana lebih, hasil berinvestasinya digunakan untuk rekreasi bersama keluarga. "Impian saya bisa banyak berkeliling tempat bagus bersama keluarga," tandas Ronald.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News