kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Fluktuasi nilai tukar menekan kinerja TBIG


Selasa, 01 September 2015 / 06:05 WIB
 Fluktuasi nilai tukar menekan kinerja TBIG


Reporter: Agustinus Beo Da Costa, Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Kinerja keuangan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) menyusut. Per akhir Juni 2015, TBIG meraup laba bersih Rp 570,5 miliar, turun 14% dibandingkan laba bersih akhir Juni 2014 senilai Rp 663,6 miliar.

Sejatinya, pendapatan TBIG pada semester pertama tahun ini tumbuh 5,70% year on year (yoy) menjadi Rp 1,67 triliun. Namun, pertumbuhan pendapatan tak mampu mengkompensasi penyusutan laba bersih TBIG. Salah satu pemicu penurunan laba bersih TBIG adalah rugi selisih kurs yang mencapai Rp 100,02 miliar di semester I 2015.

Di periode sama tahun lalu, TBIG masih mengantongi laba selisih kurs bersih senilai Rp 22,4 miliar. Selain rugi kurs, melorotnya bottom line emiten pengelola menara telekomunikasi ini lantaran beban keuangannya naik 34,27% (yoy) menjadi Rp 657 miliar. Demi menghadapi risiko nilai tukar, TBIG telah melakukan lindung nilai terhadap 90% pinjaman berdenominasi dollar AS.

Di separuh pertama tahun ini, pendapatan TBIG berasal dari penyewaan menara kepada pelanggan pihak ketiga. Sebagian besar berasal dari PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel), yakni Rp 641,8 miliar. Angka itu setara 38,3% total pendapatan TBIG.

Kemudian PT Indosat Tbk menyumbang 23,9% atau senilai Rp 400,5 miliar. Selanjutnya, PT XL Axiata Tbk berkontribusi Rp 253,2 miliar atau 15,1%, PT Hutchison 3 Indonesia Rp 183,1 miliar atau 10,9%. Sementara PT Axis Telekom dan PT Bakrie Telecom Tbk tak lagi menyumbang pendapatan TBIG, padahal di periode sama tahun lalu, keduanya menyumbang masing-masing Rp 35,4 miliar dan Rp 54,4 miliar.

"Di semester pertama, kami menambah 419 menara dan 956 penyewaan ke dalam portfolio kami. Kebijakan untuk tidak mengikutsertakan penyewaan dan pendapatan Bakrie Telecom telah mengurangi keseluruhan penyewaan kami," kata Hardi Wijaya Liong, CEO TBIG dalam rilis yang diterima KONTAN, Senin (31/8).

Per 30 Juni 2015, TBIG memiliki 19.416 penyewaan dan 12.159 site telekomunikasi. Site telekomunikasi itu meliputi 11.154 menara telekomunikasi, 941 shelter-only dan 64 jaringan DAS. Dengan total penyewaan menara telekomunikasi sebanyak 18.411, maka rasio kolokasi (tenancy ratio) TBIG sebesar 1,65.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×