Reporter: Sanny Cicilia | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat Jawa dan Bali yang digelar 3 Juli hingga 20 Juli 2021 diperkirakan kembali menghambat pemulihan perusahaan peritel grosir. Padahal, penjualan ritel sudah sempat menunjukkan gairah di Bulan April dan Mei.
Pada PPKM kali ini, Fitch Ratings menekankan adanya pembatasan kegiatan peritel. Untuk apotek, tidak ada pembatasan waktu buka. Untuk toko ritel yang menjual keperluan sehari-hari, masih bisa buka sampai jam 8 malam.
Sementara itu, mal dan pusat perbelanjaan ditutup. Tetapi, supermarket dan hipermarket di dalam mal masih boleh beroperasi. Restoran hanya diizinkan melayani pesan antar atau dibawa pulang.
Pembatasan mobilitas yang dievaluasi setiap dua mingguan ini diyakini akan berdampak pada melemahnya penjualan ritel di kuartal III-2021
Padahal, sektor ritel ini sudah sempat menunjukkan perbaikan. Menurut data Bank Indonesia, penjualan ritel Bulan April dan Mei 2021 naik 15,6% dan 12,9% dibanding bulan yang sama tahun lalu (year on year).
"Tetapi, kami percaya, keberhasilan vaksinasi akan mempercepat perbaikan di kuartal IV 2021 dan berpotensi mengkompensasi kerugian yang terjadi di kuartal sebelumnya," tulis Ilham Kurniawan, Analis Fitch Ratings Indonesia dalam risetnya Minggu (4/7).
Fitch mencatat, lebih dari 32 juta orang atau sekitar 11,8% dari populasi menerima dosis pertama vaksinasi per 4 Juli 2020. Pemerintah pun kini menargetkan memvaksinasi 1 juta orang per hari.
Menurut dia, emiten yang cukup bertahan dalam pengetatan aktivitas ini adalah mini market seperti PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT). Sebaran sekitar 17.500 toko cukup mudah diakses oleh masyarakat yang tinggal di rumah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Sedangkan pemilik gerai PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) dengan gerai Hypermart atau PT Hero Supermarket Tbk (HERO) lebih rentan terdampak PPKM, mengingat kebanyakan gerai berlokasi di mal, yang mana pengunjung mal kini lebih sedikit.
Kinerja Alfamart juga cukup kuat di kuartal I-2021 dengan kenaikan margin EBITDA menjadi 7,4% dari sebelumnya 6,1%. PPKM berpotensi mengurangi profitabilitas AMRT di kuartal ketiga, tetapi kas perusahaan Rp 3,9 triliun per akhir Maret, cukup menjaga kesehatan perusahaan.
Sementara MPPA mencatatkan penurunan pendapatan 21% di tiga bulan pertama tahun 2021, dan HERO turun 16% karena penutupan gerai supermarketnya.
PPKM juga bisa mendorong penjualan secara online. Tetapi, porsinya dianggap masih belum material terhadap kinerja perusahaan ritel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News