kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45922,92   -8,44   -0.91%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Fitch Ratings menggunting peringkat Waskita Beton Precast (WSBP) dari BBB- menjadi BB


Rabu, 03 Juni 2020 / 18:02 WIB
Fitch Ratings menggunting peringkat Waskita Beton Precast (WSBP) dari BBB- menjadi BB


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Fitch Ratings Indonesia menurunkan peringkat nasional jangka panjang PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP) dari BBB-(idn) menjadi BB(idn) dengan outlook negatif. Fitch pun menurunkan peringkat nasional program obligasi tanpa jaminan sebesar Rp 2 triliun dan obligasi yang diterbitkan di bawah program tersebut dari BBB-(idn) menjadi BB(idn).

Peringkat nasional di kategori BB(idn) menunjukkan risiko gagal bayar yang meningkat dibandingkan emiten atau surat utang lainnya di Indonesia. "Penurunan peringkat dan outlook negatif menyusul tindakan pemeringkatan yang serupa atas induknya, setelah Fitch menurunkan profil kredit standalone (SCP) induk perusahaan ke bb(idn) dari bbb-(idn) karena pelemahan finansial," jelas Fitch dalam rilisnya, Senin (1/6).

Baca Juga: Fitch Ratings menurunkan peringkat Waskita Karya (WSKT) dari A menjadi BBB+

Meski begitu, Fitch melihat WSBP memiliki profil kredit standalone (SCP) yang lebih kuat dari induknya, sebagaimana terefleksikan peringkat SCP di bbb- (idn). Namun tetap saja peringkat SCP tersebut terkait erat dengan PT Waskita Karya Tbk (WSKT) karena dari sisi manajemennya tetap bisa mempengaruhi keputusan investasi, strategi, dan operasional WSBP.

Fitch telah merevisi penilaian SCP WSBP ke bbb-(idn), dari bbb(idn) dengan memperhitungkan leverage yang lebih tinggi, karena Fitch memperkirakan rasio utang bersih terhadap EBITDA akan tetap sekitar 4 kali sampai 2021. Fitch mengekspektasikan arus kas bebas untuk tetap negatif dalam dua tahun ke depan karena siklus modal kerja yang lebih panjang dan asumsi belanja modal tahunan sebesar Rp 200 miliar. Utang meningkat ke Rp 6 triliun di 2019, dari Rp 4,9 triliun di 2017, menjadikan defisit arus kas bebas. Namun, rasio EBITDA terhadap interest coverage akan tetap cukup di atas 2x.

Fitch melihat pandemi Covid-19 akan mengakibatkan berkurangnya tender kontrak baru, perlambatan dalam penyelesaian proyek, dan perpanjangan dalam pembayaran pelanggan karena restriksi yang diterapkan sebagai kebijakan social distancing. Fitch memproyeksikan nilai kontrak baru akan turun 10% di 2020 ke Rp 6,3 triliun karena dapat terjadi penundaan dari pemilik proyek.

Baca Juga: Waskita Beton Precast (WSBP) bagikan dividen Rp 201 miliar, ini jadwal lengkapnya

Produksi beton secara kapasitas penuh akan menemui tantangan, dengan asumsi kebijakan social distancing akan terus diimplementasikan sepanjang kuartal-II 2020, karena WSBP harus mengurangi tenaga kerjanya.

Ini akan berdampak terhadap meningkatnya kebutuhan modal kerja di 2020 yang menekan arus kas operasional WSBP, mengharuskan peningkatan utang untuk menutup mismatch arus kas. Namun, Fitch melihat WSBP memiliki ruang untuk mengurangi belanja modal tahunan sekitar Rp 200 miliar di 2020 dan 2021 untuk mengurangi tekanan pada arus kas.

Lebih lanjut, WSBP telah menurunkan ketergantungan kontrak dari Waskita Karya karena sekitar 51% pendapatan berasal dari WSKT dan anak usahanya, dibandingkan sekitar 80% di 2019. Namun, diversifikasi tersebut berdampak pada EBITDA margin yang lebih rendah, karena proyek dari perusahaan swasta secara umum lebih kompetitif dan memiliki struktur beban biaya yang lebih tinggi. EBITDA margin WSBP turun ke 21% di 2019, dari sekitar 25% di 2018, karena porsi pendapatan yang mulai berpindah dari luar WSKT.

Baca Juga: Ada corona, Waskita Beton Precast (WSBP) mengkaji kembali target-target tahun ini

WSBP memiliki kas sebesar Rp 469 miliar dibandingkan dengan fasilitas modal kerja jangka pendek sebesar Rp 4 triliun di akhir 2019. Tekanan pada likuiditas di 2020 akan dimitigasi oleh adanya pinjaman modal kerja pada struktur utang. Sekitar lebih dari Rp 4 triliun atau setara 66% dari utang perusahaan di 2019 terdiri dari pinjaman modal kerja beberapa bank, yang dapat di-roll-over. Sisa dari utang adalah obligasi sebesar Rp 2 triliun yang akan jatuh tempo di 2022.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×