Reporter: Nisa Dwiresya Putri | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - Kenaikan harga karet di pasar global berpotensi menggerus margin emiten ban. Namun, imbas kenaikan harga bahan baku baru akan terlihat dalam waktu yang cukup lama.
Mengutip Bloomberg, Jumat (25/8), harga karet untuk pengiriman Januari 2018 di bursa Tokyo menanjak 1,30% dari sesi sebelumnya menjadi US$ 2 per kilogram. Ini rekor tertinggi setidaknya dalam sebulan terakhir. Padahal, pada awal bulan ini, Rabu (2/8), harga karet sempat menyentuh level terendah di US$1,82 per Kilogram.
Analis First Asia Capital David Sutyanto menilai, kenaikan harga otomatis akan meningkatkan biaya produksi ban. “Margin mereka biasanya akan sedikit tergerus ya, karena mereka akan adjustment harga,” tuturnya.
Mengikuti kondisi fundamental, harga saham emiten ban juga bakal ikut turun, jika harga karet tetap tinggi.
Lanjutnya, imbas dari kenaikan harga karet akan terlihat dalam waktu yang cukup lama. Hal ini mengingat perusahaan yang lazimnya memiliki stok. “Biasanya bisa sampai 180 hari, jadi baru akan terlihat nanti di kuartal III dan IV,” lanjut David.
Namun, ia meyakini, jika kenaikan harga karet masih berkisar 5%-10%, perusahaan masih bisa melakukan penyesuaian secara perlahan. Langkah penyesuaian tersebut bisa dilakukan dengan mengubah harga jual, atau dengan memilih supplier yang menjual bahan baku dengan harga yang terjaga.
Pada semester II ini, menurut David, emiten ban masih bisa memanfaatkan momen perkembangan industri otomotif untuk genjot kinerja. “Setiap tahun harusnya ban masih naik. Tergantung iklim kompetisi juga,” paparnya.
Saat ini, David merekomendasikan buy on weakness untuk dua emiten ban yakni PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) dan PT Multistrada Arah Sarana Tbk (MASA). Masing-masing dengan target price Rp 1.150 dan Rp 250 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News