Reporter: Hasyim Ashari | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. PT Alfa Energi Investama Tbk (FIRE) siap tancap gas. Emiten yang baru menjadi warga Bursa Efek Indonesia (BEI) awal Juni lalu ini menargetkan kenaikan produksi dan penjualan batubara 100% dibandingkan dengan raihan tahun lalu.
Perusahaan ini beroperasi sekaligus berinvestasi di bidang jasa energi dan infrastruktur energi melalui anak usaha serta pertambangan batubara lewat cucu usaha. Kegiatan usaha FIRE adalah melakukan manajemen stockpile, crushing, dan loading batubara di areal milik PT Alfara Delta Persada.
Cucu usaha FIRE ini memiliki daerah konsesi seluas 2.089 hektare di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Batubara yang dihasilkan dari areal tambang itu punya karakteristik low to medium rank thermal coal. Per Maret 2016, Alfa Energi mengantongi total cadangan batubara mencapai 21,22 juta ton.
Direktur dan Sekretaris Perusahaan FIRE Lyna Elvira mengatakan, pihaknya punya alasan tersendiri untuk mematok target tinggi. Banyaknya permintaan batubara, baik dari dalam maupun luar negeri, mendorong FIRE memacu produksi. "Selain itu, dukungan juga datang dari harga yang mulai membaik," kata Lyna kepada KONTAN, beberapa waktu lalu.
Tahun ini, FIRE menargetkan produksi batubara mencapai 580.000 metrik ton, naik 107,1% dari pencapaian tahun lalu 280.000 metrik ton. Sampai saat ini produksi batubara FIRE baru 40%50%, dan diperkirakan hingga akhir tahun target bisa tercapai.
Selama lima tahun terakhir, penjualan batubara FIRE didominasi pasar ekspor yaitu mencapai 80%. Negara-negara yang menjadi tujuan penjualan mereka, misalnya Korea Selatan, Thailand, dan India. Sementara 20% sisanya diserap pasar domestik. Salah satu pelanggan terbesar FIRE adalah Altair Energy Resources Ltd. "Target penjualan batubara sama dengan target produksi," kata Lyna.
Masuk bisnis hilir
Menurut Direktur Utama FIRE Aris Munandar, harga batubara sudah naik dibanding tahun-tahun sebelumnya yang hanya US$ 42 per ton. Sekarang harga batubara berkisar US$ 75. "Dengan itu target sales kami sekitar Rp 180 miliar, 50% lebih tinggi dari tahun lalu," kata dia.
Lyna menjelaskan, karakteristik batubara milik FIRE sangat cocok digunakan untuk pembangkit listrik dan industri semen. Kualitas batubara FIRE juga sangat pas dengan kebutuhan pasar di China maupun India yang merupakan pasar terbesar.
China terus mengurangi emisi sulfur dan nitrogen dioksida dari batubara mereka yang mengandung abu dan belerang tinggi. Negeri tembok raksasa diperkirakan bakal lebih banyak mengimpor batubara Indonesia untuk dicampur dengan batubara lokal. Ini menjadi peluang ekspor batubara ke China.
Untuk mencapai target produksi dan penjualan, Aris bilang, perusahaannya akan mengalokasikan sekitar 70% dana hasil penawaran umum perdana sebesar Rp 150 miliar untuk modal kerja dan pembangunan infrastruktur.
FIRE akan menggunakan Rp 26 miliar dana IPO untuk membangun infrastruktur, seperti hauling, stockpile, fasilitas loading, dan meskaryawan di area pelabuhan maupun operasional tambang. "Lalu sebesar Rp 76,3 miliar akan digunakan untuk modal kerja," ungkap Aris.
Maklum, FIRE juga bakal masuk ke bisnis hilir. Mereka akan menggarap bisnis jasa penyedia infrastruktur energi dengan membangun pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berkapasitas 50 megawatt (MW) yang berlokasi di Kalimantan Timur.
FIRE menggandeng perusahaan daerah yang bergerak di ketenagalistrikan milik Pemprov Kalimantan Timur untuk proyek PLTU ini. Tapi, FIRE masih mencari mitra kontraktor engineering, procurement, and construction (EPC) dan operator untuk pembangunan PLTU. "Target akhir tahun sudah mendapat mitra bisnis," ujar Aris.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News