kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Finalisasi joint venture Barito Pacific dan Indonesia Power ditarget akhir 2018


Rabu, 11 April 2018 / 14:20 WIB
Finalisasi joint venture Barito Pacific dan Indonesia Power ditarget akhir 2018
ILUSTRASI. PT Barito Pacific Tbk BRPT


Reporter: Agung Jatmiko | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perkembangan usaha patungan alias joint venture antara PT Barito Pacific Tbk (BRPT) dengan Indonesia Power berjalan lancar. Direktur BRPT Andry Setiawan mengungkapkan, tahapan joint venture sudah masuk finalisasi terutama terkait EPC contract, yang diharapkan rampung pada Juli nanti. Setelah itu, masuk tahap financing.

Joint venture ini berbentuk entitas bisnis yang bernama PT Indo Raya Tenaga. Indo Raya Tenaga ini merupakan special purpose company untuk proyek pembangkitan PLTU Suralaya 9-10 Ultra Super Critical (2 x 1.000 MW).

Dengan harga batubara yang dipatok US$ 70 per ton, Andry menilai, justru merupakan hal yang positif bagi perkembangan dunia kelistrikan, karena penetapan tarif ini bertujuan agar harga listrik tidak terlalu mahal. Bagi perusahaan, biaya yang paling besar untuk produksi listrik salah satunya adalah bahan baku.

"Porsi BRPT dalam Indo Raya Tenaga sebesar 49%, sementara Indonesia Power 51%," kata Andry, Rabu (11/4).

Target BRPT, akhir tahun ini, final investment decision (FID) untuk Jawa 9-10. Sehingga, akhir tahun depan, BRPT akan menargetkan FID CAP-2 dengan konsumsi listrik bisa mencapai 200 MW.

"Harus sabar juga, karena membangun power plant, termasuk fund raising itu investasi lima tahun. Tidak mungkin bangun hari ini, besok sudah ada listrik," imbuh Presiden Direktur BRPT, Agus Salim Pangestu.

Saat ini, memang Indonesia mengalami over supply, namun jumlahnya tidak terlalu besar. Menurut Andry, over supply Indonesia sebesar 30%, namun tidak merata. Sebab, ada beberapa tempat yang kelebihan pasokan, sementara daerah lainnya ada yang negatif. Jika dibandingkan dengan Singapura, over supply listrik Indonesia masih rendah, sebab Singapura over supply sudah mencapai 100%.

Power plant yang mau dibangun saat ini dengan Indonesia Power merupakan pembangkit listrik ultra super critical. Menurut Agus, teknologi pembangkit ini merupakan yang paling canggih dengan emisi yang paling rendah. "Bahkan, emisinya bisa setara gas," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×