Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT XL Axiata Tbk (EXCL) melakukan uji coba jaringan 5G lewat hologram dan cloud gaming pada Rabu (21/8) di XL Axiata Tower, Jakarta. Uji coba kali ini dilakukan pada frekuensi 28 GHz dengan bandwith 100 MHz. XL Axiata menggandeng Ericsson sebagai mitra teknologinya.
Direktur Teknologi XL Axiata Yessie D. Yoseta mengatakan, pada uji coba versi dua ini, pihaknya berfokus pada latensi jaringan 5G, yakni jeda waktu yang dibutuhkan dalam pengantaran paket data dari pengirim ke penerima. Sebelumnya, pada uji coba satu tahun 2018, XL Axiata masih fokus pada segi kecepatan.
Baca Juga: Bisnis menara Axiata Group Bhd diminati investor
Menurut Yessie, uji coba dengan hologram ini menunjukkan kesiapan XL Axiata untuk mengimplementasikan jaringan 5G. Alasannya, hologram dan cloud gaming takkan terjadi tanpa kesiapan jaringan dengan bandwidth yang besar. "Kami pakai metode hologram karena ini membutuhkan bandwidth yang lebar. Kalau untuk hologram itu even wi-fi 4G ga bisa. Makanya butuh teknologi 5G karena bandwidthnya besar," kata dia, Rabu (21/8).
Group Head Technology Strategy and Architecture XL Axiata I Gede Darmayusa menambahkan, jaringan 5G ini juga tidak lepas dari fiberisasi yang telah dilakukan XL Axiata. Menurut dia, per Juli 2019, fiberisasi telah mencapai 30% jaringan XL Axiata. "Sampai akhir tahun, kami targetkan fiberisasi bisa capai 50% dan pada 2020 mencapai 60%-70%," kata dia.
Baca Juga: XL Axiata: Bisnis berbasis fiber optic menjanjikan
Langkah XL Axiata untuk fiberisasi jaringan sudah dimulai sejak tiga tahun lalu. Alasannya, untuk menyambut 5G, perusahaan operator telekomunikasi memerlukan kapasitas jaringan yang lebih besar. "Fiberisasi jaringan dapat mendukung keperluan kapasitas dibandingkan menggunakan microwave yang ada di BTS," ucap dia.
Selain untuk menyambut 5G, fiberisasi ini juga untuk menjawab kebutuhan data yang akan terus bertambah. Ia memprediksi, pada 2025 penggunaan data dapat meningkat sebanyak 16 kali lipat dibanding saat ini. Alasannya, aplikasi yang akan digunakan masyarakat ke depannya adalah aplikasi yang membutuhkan bandwidth besar, seperti virtual reality, artificial intellegence, machine learning, dan lain-lain.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News