kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45892,51   -0,21   -0.02%
  • EMAS1.365.000 -0,22%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Fenomena El Nino Membayangi Kinerja Emiten Konsumer


Minggu, 10 September 2023 / 16:51 WIB
Fenomena El Nino Membayangi Kinerja Emiten Konsumer
ILUSTRASI. El Nino membayangi kinerja emiten yang utamanya bergantung pada ketersediaan dan harga bahan baku.


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Fenomena El Nino membayangi kinerja emiten yang utamanya bergantung pada ketersediaan dan harga bahan baku. Inflasi pangan bakal terjadi saat adanya El Nino yang mengganggu produksi pertanian.

Analis Maybank Investment Banking Group, Brian Lee Shun Rong menilai, inflasi pangan kemungkinan akan meningkat dalam satu atau dua bulan ke depan karena efek dasar (base effect) yang mendominasi dan fenomena El Nino yang mempengaruhi pasokan pertanian.

Tingkat inflasi tahunan Indonesia meningkat menjadi 3,27% pada Agustus 2023 dari level terendah dalam 16 bulan sebesar 3,08% pada bulan Juli. Secara bulanan, inflasi yang tercermin dari Indeks Harga Konsumen (IHK) Agustus 2023 mengalami deflasi sebesar 0,02% Month to Month (MtM).

Menurut Brian, naiknya inflasi tahunan Indonesia karena adanya kenaikan harga bahan pangan di bulan Agustus 2023. Kelompok makanan, minuman dan tembakau dengan porsi sekitar 25% dari keranjang IHK telah melonjak ke level tertinggi dalam tiga bulan sebesar 3,5%YoY pada Agustus 2023 karena efek basis yang lebih rendah.

Inflasi kelompok volatile food memang menurun secara bulanan 0,51% MtM pada Agustus, lebih rendah dari bulan sebelumnya yakni sebesar 0,17% MtM. Hal itu karena deflasi terjadi pada komoditas daging ayam ras, bawang merah, dan telur ayam ras.

Baca Juga: Sektor Konsumer Dilanda Kekhawatiran Efek El Nino, Intip Rekomendasi Saham Berikut

Namun, deflasi lebih lanjut tertahan oleh inflasi pada komoditas beras dan aneka cabai. Alhasil, kelompok volatile food mengalami inflasi 2,42% year on year (YoY), meningkat dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya yang deflasi sebesar 0,03% YoY.

Oleh karena itu, Brian melihat wajar adanya inisiatif pemerintah untuk memajukan waktu peluncuran program distribusi beras di bulan September yang awalnya ditargetkan bulan Oktober 2023. Langkah pemerintah dilakukan saat fenomena El Nino tengah terjadi dan menipisnya pasokan beras dalam negeri.

Program tersebut akan mendistribusikan tambahan 10 kg beras setiap bulannya kepada 21,35 juta keluarga rentan. Hal itu mengingat harga beras eceran sudah naik sekitar 15%yoy menjadi Rp13.620/kg di bulan Agustus.

Walaupun demikian, Brian mencermati bahwa inflasi tahunan Indonesia kemungkinan akan turun tajam pada bulan September karena dampak kenaikan harga bahan bakar bersubsidi pada September tahun lalu telah mereda.

Baca Juga: Simak Saham-Saham Top Picks Sejumlah Sekuritas Menjelang Akhir Tahun

Menurut Brian, lesunya pendapatan emiten sektor konsumer di paruh pertama tahun ini hanya bersifat sementara karena lebih sedikitnya hari kerja dan dampak jangka pendek kenaikan harga jual (ASP) yang terjadi dari 2022.

Sektor konsumer sejauh ini terus bergerak sideways karena kurangnya keterbukaan data bulanan bagi investor untuk menilai kinerja kuartal ketiga 2023. Namun emiten konsumer yang memiliki fundamental kuat masih akan menghasilkan pendapatan yang solid di paruh kedua tahun ini karena berpotensi adanya pent-up demand.

“Permintaan produk atau layanan akan meningkat secara drastis dan cenderung tiba-tiba menjelang pelaksanaan pemilu,” ungkap Brian dalam riset 1 September 2023.

Baca Juga: Sekuritas Ramai-Ramai Memangkas Target IHSG Tahun Ini

Investment Analyst Infovesta Utama Fajar Dwi Alfian menjelaskan bahwa tahun politik biasanya berpotensi meningkatkan jumlah uang beredar dan pada akhirnya mendorong daya beli masyarakat. Sentimen positif itu akan menyertai prospek emiten konsumer hingga tahun depan.

Sementara itu, Fajar menilai efek El Nino yang diramal berkepanjangan dan akan lebih parah dibandingkan biasanya cukup minimal bagi gerak harga komoditas global seperti gandum, kelapa sawit dan kedelai.

Permintaan global terhadap komoditas juga sedang lemah, apalagi China sebagai salah satu konsumen terbesar komoditas, masih dalam fase penurunan ekonomi akibat berbagai macam krisis yang dialami negara tersebut.

“Namun untuk harga beras memang efeknya sudah mulai terasa sejak awal kuartal ketiga lalu. Jika hal ini terus berlanjut maka dikhawatirkan akan meningkatkan tingkat inflasi Indonesia, tetapi hal tersebut masih belum terlihat,” jelas Fajar kepada Kontan.co.id, Jumat (8/9).

Baca Juga: Sektor Transportasi Memimpin, Saham ASSA dan BIRD Jadi Penyokong Utama

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Muhammad Nafan Aji Gusta sepakat bahwa fenomena El Nino akan mempengaruhi tingkat inflasi yang terkerek oleh harga komoditas.

Oleh karena itu, penting bagi investor untuk mencermati emiten yang mampu memitigasi risiko sebagai upaya menekan biaya pengeluaran yang lebih besar akibat kenaikan harga bahan baku.

“Tentunya dibutuhkan efisiensi bisnis dari para emiten. Adapun memastikan kesediaan stok merupakan salah satu mitigasi risiko yang paling efektif,” imbuh Nafan kepada Kontan.co.id, Jumat (8/9).

Brian mengharapkan pendapatan yang lebih kuat bagi emiten konsumer dengan fundamental bisnis yang solid di semester kedua 2023. Dia merekomendasikan buy untuk saham INDF, ICBP, dan MYOR.

Selain karena permintaan berpotensi bakal melesat saat periode pemilihan umum, perusahaan-perusahaan tersebut memiliki kehadiran bisnis yang luas. Perhatikan juga emiten dari sisi kekuatan harga, inovasi untuk mengurangi risiko persaingan, serta emiten yang terus berupaya meningkatkan pendapatan secara berkelanjutan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×