kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   -13.000   -0,85%
  • USD/IDR 16.200   -20,00   -0,12%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Faktor eksternal dominan menekan rupiah


Senin, 03 September 2018 / 19:18 WIB
Faktor eksternal dominan menekan rupiah
ILUSTRASI. Uang dollar AS


Reporter: Grace Olivia | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertahanan rupiah kembali jebol di awal pekan ini. Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) di pasar, Senin (3/9), ditutup pada level Rp 14.815 atau melemah 0,71% dari posisi pada akhir pekan lalu.

Kurs rupiah berdasarkan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) juga melemah 0,38% ke level Rp 14.767 per dollar AS. Akhir pekan lalu, kurs tengah rupiah di Bank Indonesia (BI) tersebut masih berada di posisi Rp 14.711 per dollar AS.

Analis Asia Trade Point Futures Andri Hardianto menjelaskan, pelemahan rupiah terjadi seiring dengan dana asing yang keluar dalam jumlah besar dari pasar keuangan Indonesia. Di pasar saham, penjualan besar asing (net foreign sell) di seluruh pasar tercatat sebesar Rp 306,03 triliun sehingga Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ikut terseret ke level 5.967.

"Faktornya multidimensi. Secara eksternal, rupiah masih terkena dampak sesama negara berkembang Argentina dan Turki yang mengalami krisis. Secara domestik, kekhawatiran pasar terhadap kondisi defisit neraca transaksi berjalan juga masih besar," ujar Andri, Senin (3/9).

Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual menambahkan, sentimen eksternal masih menjadi faktor dominan yang menekan nilai tukar rupiah, terutama seputar kesepakatan dagang AS dengan sejumlah negara. Pertama, setelah Meksiko, AS belum juga mencapai kesepakatan terkait perjanjian perdagangan bebas Amerika Utara (NAFTA) dengan Kanada.

"Kedua, kemungkinan makin besar AS akan menambah tarif impor terhadap China menjadi US$ 200 miliar pada 5 September nanti," ujar David, Senin (3/9). Menurutnya, hal tersebut akan menjadi sentimen negatif bagi mata uang emerging market, terutama rupiah, karena yuan berpeluang kembali melemah seiring dengan kebijakan tambahan tarif impor tersebut.

Adapun, secara domestik, David menilai, sentimen terbaru cukup positif. Misal soal inflasi. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan sepanjang Agustus 2018, Indonesia mengalami deflasi sebesar 0,05%, dibandingkan Juli 2018 yang terjadi inflasi 0,28%.

"Tapi, pelaku pasar sepertinya lebih terpengaruh sentimen eksternal meski pekan ini banyak data perekonomian reguler dalam negeri yang dirilis," tandas David.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×