Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Mata uang euro tertekan oleh penguatan the greenback setelah pemilu Amerika Serikat (AS). Namun, euro masih memiliki peluang kembali mengungguli USD hingga akhir tahun ini.
Mengutip Bloomberg, Jumat (11/11) pasangan EUR/USD melemah 0,35% ke level 1,0855 dibanding sehari sebelumnya. Dalam sepekan terakhir, EUR/USD telah tergerus 2,6%. Sementara jika dilihat sepanjang tahun ini, EUR/USD hanya melemah tipis 0,06%.
Anthonius Edyson, Research and Analyst PT Astronacci International Futures menyatakan, imbas pemilu AS cenderung membuat USD unggul di hadapan EUR. Pelaku pasar yang semula terkejut dengan kemenangan Donald Trump kembali optimistis pada kebijakan presiden baru AS.
Meski demikian, hal tersebut belum menjamin penguatan USD hingga akhir tahun. "Masyarakat belum sepenuhnya percaya terhadap pemerintahan Trump. Apalagi sempat terjadi demo penolakan Trump," papar Edyson. Ini dapat menyebabkan The Fed kembali menunda kenaikan suku bunga tahun ini.
Padahal, kenaikan suku bunga The Fed menjadi faktor utama yang menopang laju USD. Setelah kenaikan suku bunga pada akhir 2015 lalu, USD cenderung menguat dibanding mata uang dunia lainnya. Maka tak heran jika EUR/USD mencapai level terendah sejak Desember 2015 di 1,0748 pada tanggal 5 Januari 2016.
Di sisi lain, mata uang EUR yang sempat terganggu oleh ketidakpastian ekonomi Yunani menjelang akhir 2015 mulai bangkit lagi. Tahun 2015 juga merupakan masa yang berat bagi Eropa dimana Bank Sentral Eropa (ECB) melakukan quantitative easing (QE) dengan menyuntikkan dana sebesar 60 miliar euro ke dalam perekonomian untuk membeli aset-aset yang bertujuan meringankan deflasi.
Tetapi kebijakan ECB untuk melanjutkan program QE berhasil memberi dampak positif pada ekonomi Eropa hingga EUR/USD berhasil menyentuh level tertinggi di 1,1534 pada awal Mei lalu.
Setelah keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit), euro memang kembali tertekan. Namun, Edyson menduga tekanan euro akan semakin kecil jika terbukti Brexit tidak berdampak besar pada ekonomi Eropa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News