kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

ESSA bersiap masuk bisnis amoniak


Sabtu, 10 Maret 2012 / 09:31 WIB
ILUSTRASI. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin berpesan, terbatasnya vaksin Covid-19 di Tanah Air harus dihadapi dengan sabar. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/foc.


Reporter: Raka Mahesa W | Editor: Edy Can

JAKARTA. Tahun ini bisa dibilang saat yang penting bagi PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA). Perusahaan yang bergerak di industri pemurnian serta pengolahan gas bumi itu, menyiapkan pembangunan pabrik amoniak senilai US$ 700 juta.

ESSA tahun ini akan menyelesaikan urusan mencari investor, pinjaman perbankan, ketersediaan pasokan gas, feasibility study hingga mencari pembeli potensial.
Agenda pertama, sekitar bulan Juni, investor diperkirakan sudah mulai masuk. "Akan ada dua sampai tiga investor yang akan masuk," kata Kanishk Laroya, Sekretaris Perusahaan ESSA, kepada KONTAN, Jumat (9/3).

Investor tersebut berkedudukan sebagai pemegang saham dari proyek ini. Namun, kepemilikan mayoritas, atau di atas 51%, tetap dipegang ESSA. Sayang, Kanishk menolak untuk menjelaskan nama-nama investor tersebut. Yang jelas, "Ada perusahaan perdagangan besar yang akan masuk dan akan ikut memasarkan produk," katanya.

Agenda kedua adalah mengamankan pinjaman perbankan. Targetnya, pinjaman akan turun antara Juli hingga September 2012. Manajemen Bank UOB Indonesia, sebelumnya pernah mengungkapkan minat menjadi arranger untuk pengucuran kredit untuk proyek tersebut.

Yang ketiga adalah mengamankan pasokan gas untuk pabrik amoniak. Perusahaan yang dipimpin Garibaldi Thohir sebagai Direktur Utama itu, telah mendapat komitmen pasokan gas dari Donggi Sonoro sebesar 55 million metric standard cubic feet per day atau juta standar metrik kaki kubik per hari (MMSCFD).

Agenda keempat adalah menyelesaikan feasibility study. Targetnya, pembangunan fasilitas produksi amoniak akan dimulai pada tahun depan. Pabrik itu ditargetkan beroperasi komersial pada tahun 2015.

Setelah pabrik beroperasi secara komersial, ESSA menargetkan pendapatan sekitar Rp 2,25 triliun-Rp 2,7 triliun. Sedang laba bersih ditarget mencapai Rp 720 miliar.
Sekadar perbandingan, pada tahun ini perseroan menargetkan laba bersih sekitar Rp 92 miliar, atau tumbuh 15% dibanding tahun sebelumnya yang sebesar Rp 80 miliar.

Meski sibuk dengan usaha baru, ESSA juga masih mengembangkan usaha inti di sektor pengolahan gas bumi. "Kami ingin jadi yang terbesar di Indonesia," kata Kanishk.

Tahun 2014, kapasitas produksi liquified petroleum gas (LPG) ESSA akan bertambah 50 metrik ton per hari. Saat ini kapasitas produksi LPG ESSA sebesar 113 MT LPG per hari.

Direksi ternama

Nama-nama tenar memenuhi daftar dewan komisioner serta direksi emiten yang baru berdiri tahun 2006 itu. Ambil contoh, Theodore Permadi Rachmat, alias TP Rachmat, yang menduduki posisi vice-president commissioner ESSA. Sebelum ini, TP Rachmat merupakan orang nomor satu di PT Astra International Tbk.

Sedangkan Garibaldi, kini, juga menduduki posisi sebagai Presiden Direktur PT Adaro Energy Tbk, PT Alama Tri Abadi, PT Adaro Indonesia and Dianlia. Dia juga menjabat sebagai Presiden Komisaris di beberapa perusahaan.

Nama tenar di dewan direksi seperti Chander Vinod Laroya, yang menduduki posisi Executive Director ESSA. Laroya merupakan mantan presiden direktur PT Indorama Synthetics Tbk.

Baik TP Rachmat, Garibaldi, maupun Laroya masuk melalui PT Trinugraha Akraya Sejahtera. Saat ini Trinugraha menjadi pemegang saham ESSA dengan porsi kepemilikan terbesar, yaitu 41,25%.

Nama lain adalah Ida Bagus Made Putra Jandhana, yang memegang jabatan Direktur Pengembangan Bisnis ESSA. Sebelum ini, Made merupakan President Director PT Putra Dharma Harmoteknik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×