Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Sandy Baskoro
JAKARTA. PT Eralink International, pengendali PT Erajaya Swasembada Tbk, menjual 241 juta saham setara 8,3% saham di Erajaya. Dengan harga jual Rp 1.950 per saham, maka Eralink meraup dana Rp 469,95 miliar.
Eralink melego saham Erajaya ke pasar, yang difasilitasi JP Morgan sebagai sole bookrunner dan placement agent dalam transaksi tersebut. Transaksi jual beli saham berlangsung pada Kamis (20/9) lalu. "Harga transaksi merupakan diskon karena harga saham kami di pasar Rp 2.000 per saham. Kami harus memberikan harga terbaik," ujar Direktur Marketing dan Komunikasi Erajaya, Djatmiko Wardoyo, dalam siaran persnya, Jumat (21/9).
Yang pasti, harga saham dalam transaksi itu lebih tinggi 95% dibandingkan harga initial public offering (IPO) pada 14 Desember 2011, yakni senilai Rp 1.000 per saham. Harga saham emiten berkode ERAA ini, Jumat (21/9), menyusut 8,05% menjadi Rp 2.000 per saham. Sehari sebelumnya (20/9), ERAA diperdagangkan senilai Rp 2.175 per saham.
Manajemen Erajaya menyebutkan, penjualan saham ini bertujuan menambah porsi kepemilikan publik atau free float saham Erajaya di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pasca transaksi, porsi publik di Erajaya mencapai 40,02% dari sebelumnya 31,72%. Kini, Eralink menggenggam 59,97% saham Erajaya, dari sebelumnya 68,28% saham.
Pengelola Erajaya mengemukakan, penambahan porsi saham publik merupakan bagian dari agenda perusahaan ketika melakukan IPO akhir Desember tahun lalu. Saat itu, perseroan memang berencana menjual 40% saham ke publik.
Presiden Direktur Erajaya, Budiarto Halim, menyatakan dengan free float 40%, maka perseroan memperoleh insentif pajak berupa penurunan pajak penghasilan (PPh) badan menjadi 20% dibandingkan sebelumnya yang sebesar 25%. "Tercapainya free float akan memberikan keuntungan bagi perseroan dan para pemegang saham dari penurunan PPh Badan. Kami yakin peningkatan free float ini akan mendorong likuiditas perdagangan saham ERAA,” ujar Budiarto.
Managing Partner Investa Saran Mandiri, Kiswoyo Adi Joe, berpendapat Eralink menjual kepemilikannya di Erajaya lantaran sudah meraih keuntungan. "Transaksi ini patut dipertanyakan karena harga jual di bawah harga pasar. Mungkin pemegang saham menilai prospek bisnisnya tidak bagus sehingga sahamnya dilepas, apalagi sudah untung. Kalau prospek bisnisnya bagus, pasti harga jual berada di atas harga pasar," tutur dia.
Kiswoyo memperkirakan harga saham Erajaya berpotensi menurun dalam beberapa hari pasca transaksi. Sebab, penjualan saham dilakukan di bawah harga pasar sehingga minat investor untuk mengoleksi saham Erajaya cenderung surut. Investor tentu tidak ingin masuk karena melihat ada transaksi saham dalam jumlah besar di harga yang lebih murah.
Investor menunggu harga saham murah, baru masuk. Ini menyebabkan harga saham terus turun karena tak banyak pihak yang bertransaksi atau menempatkan posisi beli.
Di sisi lain, prospek bisnis Erajaya, yang merupakan distributor ponsel, dinilai sudah redup. Menurut Kiswoyo, laba perusahaan hingga akhir tahun ini tidak akan terlalu tinggi karena ketatnya persaingan.
Kiswoyo memproyeksikan harga saham ERAA akan turun di kisaran Rp 1.500 per saham pasca transaksi ini. "Saya rekomendasikan investor masuk setelah harga saham di bawah Rp 1.000 per saham," ujar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News