Reporter: Surtan PH Siahaan, Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) akan kedatangan enam perusahaan baru di minggu ini. Mereka adalah, PT Bank Mestika Dharma, PT Multipolar Technology, PT Bank Mitraniaga, PT Cipaganti Citra Graha, PT Victoria Investama dan PT Bank Maspion Indonesia.
"Dengan kehadiran enam emiten ini, maka jumlah total perusahaan yang listing di tahun ini sudah 24 perusahaan," kata Hoesen, Direktur Penilaian Perusahaan BEI, akhir pekan lalu.
Penawaran inital public offering (IPO) calon emiten tersebut ada yang mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed).Bank Mitraniaga, misalnya. Perusahaan ini sebenarnya hanya menawarkan 445 juta saham ke publik. "Permintaan saham Bank Mitraniaga kelebihan permintaan 14 kali," kata Andri Rukminto, Presiden Direktur AAA Sekuritas selaku penjamin emisi.
Bank Mitraniaga menawarkan harga perdana sebesar Rp 180 per saham atau di median dari harga penawaran awal di Rp 150-Rp 200. Harga ini mencerminkan price to book value (PBV) 1,7 kali. Ini lebih rendah dari PBV sektor perbankan yang 2,8 kali.
Reza Nugraha, analis MNC Securities menuturkan, oversubscribed bisa menjadi titik tolak pertama prospek suatu saham. Faktor ini memberikan gambaran mengenai daya tarik saham tersebut di mata investor.
Selain itu, ada beberapa hal yang membuat saham diminati investor. Faktor paling penting adalah valuasi saham perdana. Faktor lain, prospek sektoral emiten. Sektor perbankan masih mempunyai tenaga untuk bertumbuh meski diadang kenaikan suku bunga acuan (BI rate).
Berbeda dengan Bank Mitraniaga, IPO Cipaganti yang menawarkan 361 juta saham seharga Rp 190 pe saham, tak sampai kelebihan peminat.
Padahal, harga IPO Cipaganti cuma mencerminkan price to earning ratio (PER) 10,8 kali, lebih rendah dari sektornya sebesar 17,24 kali. Faktanya, saham Cipaganti tak kelebihan permintaan.
Ini adalah imbas kenaikan harga BBM bersubsidi. "Margin laba dikhawatirkan menipis karena cost akan naik tajam," ujar Reza.
Kendati begitu, investor sebaiknya jangan terlalu mendewakan pencapaian suatu saham pada masa penawaran perdana. Reza bilang, masa penawaran awal sering tidak transparan, sehingga pernyataan kelebihan permintaan seringkali sulit diuji kebenarannya. Hal ini membuat harga saham setelah listing tidak sesuai dengan pencapaian pada masa penawaran perdana.
Saham PT Semen Baturaja Tbk (SMBR) contohnya. Pada saat IPO, SMBR kelebihan permintaan 6 kali. Faktanya, harga SMBR kini terkoreksi 14,2% ke Rp 490 dari harga IPO Rp 560.
Untuk itu, analis menyarankan investor harus mencermati faktor lain. Seperti, prospek kinerja pendapatan dan laba, struktur permodalan maupun beban utang emiten bersangkutan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News