Reporter: Rashif Usman | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sektor teknologi diprediksi akan unjuk gigi di pasar modal Indonesia untuk tahun 2025, setelah sebelumnya menghasilkan return negatif di sepanjang tahun 2024 lalu.
Berdasarkan data statistik Bursa hingga (30/12/2024), emiten-emiten di sektor ini mencatatkan return negatif sebesar 9,87% year to date (ytd) sepanjang tahun 2024.
Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Dimas Krisna Ramadhani mengatakan pergerakan saham untuk emiten-emiten sektor teknologi akan lebih baik di tahun ini.
Sebab, secara teknikal mulai memberikan sinyal perbaikan dibanding tahun lalu.
"GOTO yang sudah mulai uptrend sejak September 2024, dan juga BUKA yang sedang sideways atau jika dalam Dow Theory merupakan fase akumulasi," kata Dimas kepada Kontan, Senin (6/1).
Dimas menekankan bahwa memahami siklus pergerakan saham emiten teknologi lebih efektif untuk memprediksi arah pergerakan saham dibandingkan mengandalkan sentimen suku bunga acuan bank sentral terhadap sektor tersebut.
Baca Juga: Catat Return Negatif Tahun Lalu, Begini Prospek dan Rekomendasi Saham Teknologi 2025
"Contoh pada 2024, The Fed pertama kali menurunkan suku bunga acuannya, tapi justru sektor teknologi tidak meresponsnya dengan cukup baik," ujar Dimas.
Sementara itu, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta berpendapat sektor teknologi yang terkoreksi secara sektoral di sepanjang 2024 dipengaruhi oleh laporan keuangan yang masih belum mencapai titik profitabilitasnya.
"Tapi secara umum tingkat net loss-nya sudah berkurang," ujar Nafan kepada Kontan, Senin (6/1).
Untuk tahun 2025, Nafan menilai sektor teknologi menghadapi sejumlah tantangan, salah satunya terkait kebijakan bank sentral yang belum agresif melonggarkan kebijakan moneter. Tingkat suku bunga yang tetap ketat membuat ruang gerak sektor ini masih terbatas.
Namun, dari sisi makroekonomi domestik, sektor teknologi berpotensi mendapatkan manfaat dari stabilitas konsumsi dalam negeri.
"Selama konsumsi domestik solid, maka kinerja gross transaction value, gross merchandise value, dan total processing value semestinya memperlihatkan tren positif," terang Nafan.
Nafan merekomendasikan untuk accumulative buy saham GOTO dan BUKA dengan target harga masing-masing Rp 98 dan Rp 163 per saham.
Baca Juga: Harga CPO Masih Tinggi, Begini Prospek Kinerja Emiten Sawit di Tahun 2025
Selanjutnya: Manchester United Pertimbangkan Penjualan Permanen Joshua Zirkzee ke Juventus
Menarik Dibaca: 5 Minuman untuk Daya Tahan Tubuh Lebih Kuat, Biar Tidak Gampang Sakit!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News