Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. Beberapa emiten properti memangkas target pra penjualan (marketing sales). Salah satunya adalah PT Ciputra Surya Tbk (CTRS). Emiten ini kembali menurunkan target penjualan dari Rp 2,2 triliun menjadi Rp 1,8 triliun.
Sebelumnya, CTRS menurunkan target marketing sales 31%. Sehingga, CTRS sudah memangkas 44% marketing sales dari akhir tahun lalu yang sebesar Rp 3,2 triliun.
Liliana S. Bambang, Analis Mandiri Sekuritas, dalam risetnya mengatakan, turunnya marketing sales akibat permintaan proyek Citraland Surabaya dan Citraland City Bagya Medan lebih rendah dibandingkan prediksi. Per kuartal III-2014, CTRS baru membukukan marketing sales Rp 1,1 triliun atau 63% dari target.
PT Modernland Realty Tbk (MDLN) juga menurunkan target dari estimasi awal. Cuncun Wijaya, Sekretaris Perusahaan MDLN, mengatakan, di akhir tahun, target marketing sales sekitar Rp 3,8 triliun dari estimasi awal sebesar Rp 4 triliun. Hingga kuartal-III 2014, MDLN membukukan marketing sales sekitar
Rp 2,37 triliun. MDLN baru memenuhi 62,36% dari target akhir tahun.
Cuncun bilang, 65% hasil pra penjualan dari proyek residential terutama dari Jakarta Garden City (JGC). Sementara sisanya, 35% dari proyek industrial. Ia yakin, di akhir tahun 2014 nanti MDLN bisa mengejar target marketing sales, mengingat ada beberapa proyek baru yang akan meluncur. Pada 18 Oktober mendatang, MDLN akan meluncurkan Kluster Thames dari JGC dengan target marketing sales antara Rp 750 miliar-Rp 800 miliar.
Selain itu, PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) juga memangkas target marketing sales hingga 31,4% dari Rp 6,8 triliun menjadi Rp 4,67 triliun. Ini karena perubahan rencana beberapa proyek seperti peluncuran tower di Lippo Village dan Lippo Cikarang.
Anindya Saraswati, Analis Danareksa Sekuritas dalam riset, menjelaskan, LPKR tengah berupaya mendapat izin dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk beberapa proyeknya. LPKR diperkirakan akan mendapat tambahan marketing sales dari penjualan Kemang Village ke Lippo Mall Indonesia Retail Trust (LMIRT) Rp 3,2 triliun.
Namun Anindya yakin, LPKR bisa memacu ekspansi. LPKR sudah meluncurkan beberapa proyek baru, salah satunya Hillcrest House. Dari proyek itu, LPKR meraup fulus hingga Rp 863 miliar dalam satu hari.
Meski begitu, Liliana masih yakin, prospek CTRS akan lebih baik di tahun depan. "Kami memprediksikan CTRS dapat membukukan pertumbuhan marketing sales sekitar 20% pada 2015," ujar dia.
Di tengah perbaikan pasar properti di Surabaya, ia menilai CTRS memiliki portofolio produk yang lebih baik dibandingkan kompetitornya, yaitu PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) dan PT Intiland Development Tbk (DILD).
Liliana merekomendasikan, buy untuk CTRS di harga Rp 3.600. Sementara Anindya merekomendasikan, buy untuk LPKR di Rp 1.180. Senin (6/10), harga saham CTRS turun 0,24% ke Rp 2.040, harga LPKR naik 0,56% ke Rp 905, dan harga MDLN stagnan di Rp 496.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News