kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Emiten Properti Garap Proyek di IKN, Simak Rekomendasi Sahamnya


Senin, 01 Januari 2024 / 17:01 WIB
Emiten Properti Garap Proyek di IKN, Simak Rekomendasi Sahamnya


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten properti di tahun 2024 diprediksi membaik dari tahun lalu. Salah satu sentimen penggeraknya berasal dari proyek pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN).

Sejumlah emiten properti tercatat tengah menggarap proyek di IKN. Misalnya, PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI) yang melakukan investasi dalam bentuk penyertaan saham minoritas melalui perusahaan asosiasi yaitu PT Kusuma Putra Alam (KPA).

Melansir keterbukaan informasi, Senin (1/1), PT KPA yang berkedudukan di Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan. Investasi yang dilakukan PANI pada PT KPA sebesar Rp 50 miliar. Sehingga, porsi kepemilikan PANI di KPA sebesar 11,12% dari total modal disetor PT KPA.

“Dengan dilakukannya investasi ini, PANI melihat peluang investasi yang dapat menambah valuasi PANI di waktu mendatang dan IKN merupakan salah satu destinasi baru untuk investasi di bidang properti,” ujar manajemen PANI dalam keterbukaan informasi.

Baca Juga: Begini Prospek Kinerja dan Rekomendasi Saham Emiten Properti yang Ikut Proyek di IKN

PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) juga ikut masuk berinvestasi di Ibu Kota Nusantara. Bulan November 2023, PWON memulai pembangunan superblok bernama “Pakuwon Nusantara” yang berada di di Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) dengan nilai investasi sebesar Rp 5 triliun.

Proyek pembangunan superblok Pakuwon Nusantara memiliki lahan seluas 7,2 hektare berlokasi strategis di Kawasan Sumbu Kebangsaan dan tepat di depan tugu Titik Nol.

PT Ciputra Development Tbk (CTRA) juga tengah dalam proses membangun proyek hunian di IKN. CTRA tengah melakukan proses feasibility studies (FS) proyek Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) di IKN.

“Sedang proses FS proyek KPBU di IKN, membangun hunian untuk ASN. (Bentuknya) rumah tapak dan rumah susun,” ujar Direktur Ciputra Development Harun Hajadi kepada Kontan, Jumat (29/12).

CEO Edvisor.id Praska Putrantyo melihat, kinerja emiten properti jika dilihat dari tren pertumbuhan tahunan pada pos penjualan dan pos laba relatif mengalami perlambatan, bahkan penurunan, hingga kuartal III 2023.

“Hal tersebut tidak lepas dari tren kenaikan suku bunga acuan anyg terjadi sejak semester II 2022 di tengah peningkatan laju inflasi dan kenaikan suku bunga The Fed,” ujarnya kepada Kontan, Sabtu (31/12).

Akibatnya, kinerja emiten properti pun dilihat Praska masih memiliki tantangan, bagaimanapun kondisinya saat ini.

“Kinerja emiten properti, baik yang sudah ada proyek di IKN maupun yang belum ada, relatif sama saat ini, karena terkena tantangan dari faktor makroekonomi yang sama,” ungkapnya.

Menurut Praska, proyek ketiga emiten tersebut di IKN tentu menjadi katalis positif untuk harga saham pada periode jangka pendek.

Namun, ke depannya, tentu investor akan menilai lagi seberapa besar dampak dari ketersediaan proyek tersebut terhadap kontribusi pertumbuhan penjualan emiten secara keseluruhan.

Sementara, untuk para emiten yang proyeknya berbasis di area non-IKN, kinerjanya akan tetap prospektif di tahun 2024. Hal ini mengingat dukungan dari potensi pelonggaran kebijakan moneter jika laju inflasi terus mampu terjaga di bawah 3% dan peluang turunnya suku bunga The Fed.

Sehingga, dengan era suku bunga yang lebih ekspansif, hal tersebut dapat mendorong pertumbuhan kredit, khususnya dari sektor properti.

“Sejumlah faktor yang berpeluang menjaga pertumbuhan penjualan properti di 2024 ialah potensi kelonggaran suku bunga, insentif pajak PPN properti,, dan kelonggaran downpayment untuk rumah di bawah Rp 2 miliar,” katanya.

Baca Juga: Ciputra Development (CTRA) Yakini Target Marketing Sales Tahun Ini Tercapai

Praska pun merekomendasikan trading jangka pendek untuk saham CTRA dengan target harga Rp 1.190 – Rp 1.230 per saham.

Untuk saham PWON, investor bisa trading jangka menengah dengan target harga Rp 490 – Rp 520 per saham.

Investor juga disarankan buy on weakness dengan strategi speculative trading untuk PANI dengan target harga di Rp 5.200 per saham.

“Alternatif lain, BSDE bisa diakumulasi buy on weakness dengan target harga di Rp 1.120 – Rp 1.170 per saham,” kata Praska.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×