Reporter: Yoliawan H | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten-emiten konstruksi pelat merah tengah ramai-ramai menggarap proyek konstruksi moda transportasi massal. Bahkan sejumlah proyek prestisius yang digarap emiten BUMN ini sudah akan rampung dalam waktu dekat.
PT Waskita Karya Tbk (WSKT anggota indeks Kompas100 ini), tengah menyelesaikan beberapa proyek infrastruktur kereta seperti Proyek LRT Sumatra Selatan dan Proyek Kereta Api Bandara Soekarno-Hatta. Direktur Keuangan WSKT, Harris Gunawan mengatakan, selain proyek kereta yang sudah rampung tersebut, WSKT tengah membidik proyek kereta LRT di Manila, Filipina.
Untuk memuluskan rencana proyek-proyek WSKT termasuk menggarap proyek kereta tersebut WSKT menganggarkan belanja modal tahun ini sebesar Rp 29 triliun. Nantinya untuk proyek kereta di Manila tersebut WSKT akan bekerja sama dengan PT Kereta Api Indonesia (KAI) dan PT Industri Kereta Api (INKA). Sayang pihaknya belum bersedia membeberkan rincian dari proyek kereta tersebut.
“Kemarin Direktur WSKT sudah ada yang berangkat ke Manila. Kami tunggu kepastian dari tender tersebut dan spesifikasinya seperti apa. Begitu juga dengan skema proyeknya,” ujar Harris kepada Kontan, Rabu, (15/5).
Selain itu, PT Adhi Karya Tbk (ADHI, anggota indeks Kompas100 ini, ) mulai memfokuskan diri untuk menggarap proyek kereta api di tahun ini. Salah satu proyek kereta api ADHI yang cukup menjadi sorotan adalah proyek light rapid transit (LRT) Jakarta dan rencana menaikkan jalur kereta listrik Jakarta (KRL) atau jalur loopline.
Direktur Utama ADHI Budi Harto mengatakan, proyek konstruksi kereta api sangat berpotensi saat ini. Di kota-kota besar yang ada, transportasi kereta menjadi alat transportasi utama. Sedangkan di Jakarta sendiri transportasi kereta masih sangat minim.
“Di Jakarta baru ada MRT sepanjang 15 km, LRT Jakpro sepanjang 5 km dan LRT ADHI sepanjang 44 km. Paling tidak Jakarta butuh 300 km sampai 400 km jalur kereta untuk menunjang transportasi umum,” ujar Budi belum lama ini.
Menurutnya, salah satu proyek kereta yang menjadi andalan ADHI lainnya adalah LRT jalur Bogor-Cibubur sepanjang 30 km dengan nilai investasi hingga Rp 15 triliun. ADHI juga tengah menyiapkan proyek kereta jalur baru Jakarta-Surabaya dengan nilai fantastis hingga Rp 120 triliun dengan model kereta semi cepat.
“Kereta semi cepat Jakarta-Surabaya sepanjang 600 km. Kami akan joint venture dengan perusahaan asal Jepang dan diharapkan share kami bisa 50%,” ujar Budi.
Menurutnya, saat ini porsi konstruksi kereta api terhadap total pendapatan ADHI sudah mencapai 35%. Selain itu pihaknya optimistis bahwa ADHI jauh lebih berpengalaman dalam proyek konstruksi kereta api dibandingkan dengan BUMN karya lain.
Untuk proyek kereta api di luar pulau Jawa, ADHI tengah membidik proyek LRT di Medan senilai Rp 12 triliun yang akan membelah jalur dari Medan Utara ke Selatan sepanjang 20 km. Selain itu pihaknya pun tengah merencanakan proyek kereta angkut batubara di Sumatra Selatan sepanjang 60 km.
Analis MNC Sekuritas Rudy Setiawan mengatakan, pihaknya masih merekomendasikan netral untuk saham konstruksi plat merah seperti WIKA dan PTPP. Beberapa faktor jadi pertimbangan seperti raihan kontrak baru perusahaan secara keseluruhan yang hanya mencapai 81,87% dari total target di tahun 2018 lalu, itu pula menunjukkan sektor ini mengalami pelemahan di tahun 2018.
Menurutnya, pertumbuhan konstruksi tahun ini pun akan terbatas. Adapun itu dikarenakan kebijakan pemerintah terkait infrastruktur yang baru akan terlihat di Oktober 2019. “Kondisi geopolitik juga akan mempengaruhi,” ujar Rudi kepada Kontan. Adapun rekomendasinya adalah hold PTPP dengan target harga Rp 2.490 dan hold WIKA dengan target harga Rp 2.220.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News