Reporter: Shifa Nur Fadila | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten pariwisata dan hotel diproyeksikan akan merekah di tahun 2024. Sejumlah sentimen turun menopang kinerja emiten pariwisata dan hotel di tahun ini.
Lihat saja, PT Eastparc Hotel Tbk (EAST) yang berhasil menggenjot tingkat okupansi. Di mana, hingga April 2024, tingkat okupansi kamar hotel EAST mencapai 97,78%.
“Libur lebaran cukup mendongkrak jumlah pengunjung,” kata Direktur Pemasaran Eastparc Hotel Wahyudi Eko Sutoro pada Kontan, Rabu (17/4).
Sebelumnya Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia pada Februari 2024 mencapai 1.036.037 kunjungan. Jumlah itu meningkat baik secara bulanan maupun tahunan masing-masing 11,67% dan 38,24%.
Di sisi lain, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno bilang, pergerakan masyarakat di libur Lebaran di tahun ini diperkirakan mencapai 193,6 juta orang. Angka ini meningkat dibandingkan pada masa Lebaran 2023 yang sebesar 123,8 juta orang.
Baca Juga: Hingga April 2024, Okupansi Eastparc Hotel (EAST) Capai 97,78%
Hal tersebut sejalan dengan meningkatnya jumlah pengunjung dan tingkat okupansi kamar di sejumlah perhotelan.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus mengatakan, sejauh ini emiten pariwisata serta hotel berpotensi mencatatkan kinerja yang positif. Hal tersebut dapat dilihat dari situasi dan kondisi saat libur Lebaran, di mana permintaan terus mengalami kenaikan.
“Bahkan okupansi hotel di daerah Solo hampir meningkat hingga 100%, begitupun juga dengan kota kota besar lainnya,” jelas Maximilianus pada Kontan, Rabu (17/4).
Maximilianus menambahkan, ini menjadi salah satu sentimen positif bagi industri pariwisata. Ia menjelaskan meski harga hotel mengalami kenaikan, namun permintaan masih tetap tinggi karena diiringi dengan liburan.
“Kita tentu harapkan, daya beli dan konsumsi l juga dapat terjaga, agar mampu menjaga pemulihan industri pariwisata tetap berjalan dengan baik,” ujarnya.
Meski begitu, Maximilianus menambahkan, situasi dan kondisi global khususnya geopolitik juga mampu mempengaruhi permintaan, karena masyarakat berpotensi untuk menunda bepergian atau liburan. Ia berharap situasi dan kondisi, baik secara global maupun dalam negeri, dapat terjaga dengan baik.
“Tapi hati hati, karena sentimen global akan tetap memberikan kekhawatiran, karena akan membuat perilaku masyarakat dapat berubah,” ucapnya.
Sementara itu, Equity Research Analyst Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer menambahkan, salah satu sektor yang cukup menarik di tahun ini yakni sektor pariwisata. Ini terjadi karena salah satu indikator yang cukup meyakinkan yakni mulai pulihnya jumlah pengunjung, baik dari wisatawan mancanegara ataupun wisatawan dalam negeri pada tahun ini.
“Apalagi dalam negeri ada beberapa season-season tertentu yang dapat meningkatkan jumlah wisatawan seperti halnya beberapa pekan kemarin yang bertepatan dengan libur Lebaran yang kami perkirakan akan meningkatkan wisatawan domestik,” jelas Miftahul pada Kontan, Rabu (17/4).
Miftahul melihat dengan animo serta kondisi daya beli masyarakat Indonesia masih tetap kuat akan mendorong atau berdampak pada peningkatan jumlah pengunjung dari periode sebelumnya. Selain itu potensi pelonggaran kebijakan bank sentral juga bisa makin meningkatkan daya beli masyarakat ke depannya.
“Di sisi lain tingkat ketersedian kamar hotel serta tiket perjalanan masih cukup longgar untuk mengakomodasi lonjakan visitor ke depan,” ujarnya.
Miftahul menambahkan, emiten-emiten penyedia layanan homestay, akomodasi perjalanan tour and travel, menurutnya bisa mendapat sentimen yang cukup positif dari kondisi ini. Terlebih lagi ia mengatakan beberapa saham di sektor pariwisata ini masih tergolong cukup undervalue.
Terkait dengan saham emiten pariwisata dan hotel Miftahul merekomendasikan investment buy untuk saham PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA) dengan target harga Rp 1.300 per saham, buy on weakness EAST dengan target harga Rp 148 per saham dan wait and see pada PT Hotel Sahid Jaya International Tbk (SHID) sampai ada perbaikan kinerja terlebih dahulu.
Sedangkan secara teknikal Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana merekomendasikan trading buy pada saham EASTdengan target harga Rp 145-Rp 147 per saham, wait and see terhadap saham SHID dengan support Rp 1.185-Rp 1.230 per saham, dan speculative buy saham PJAA dengan target Rp 890-Rp 910.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News