Reporter: Emir Yanwardhana | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Tahun 2017 sudah di depan mata. Para emiten sudah mengambil ancang-ancang menggelar ekspansi tahun depan. Opsi pendanaan ekspansi pun sudah disiapkan.
PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) misalnya. Produsen semen ini memperkirakan bakal butuh belanja modal alias capital expenditure (capex) sekitar Rp 5 triliun. Dana tersebut antara lain akan digunakan untuk membangun pabrik, di antaranya pabrik di Aceh dan Kupang. SMGR antara lain akan memanfaatkan dana perbankan untuk memenuhi kebutuhan capex.
"Sumber pendanaan sedang kami hitung, kira-kira sekitar 50%–60% dari pinjaman bank," kata Agung Wiharto, Sekretaris Perusahaan SMGR pada KONTAN, Jumat (9/12).
Meski demikian, tidak tertutup kemungkinan SMGR mencari alternatif pendanaan lain. Yang jelas, menurut Agung, perusahaan pelat merah ini tidak akan menggelar rights issue tahun depan.
PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) juga memilih mencari pendanaan via bank. Alasannya, lebih praktis. Cuma, pendanaan bank ini bukan prioritas utama. Perusahaan farmasi ini masih mengandalkan kas internal sebagai sumber pendanaan utama.
Sampai saat ini, KLBF masih belum memastikan besaran capex 2017. "Diperkirakan akan lebih besar dibandingkan 2016," kata Vidjongtius, Direktur Keuangan KLBF. Sekadar info, di 2016 ini capex KLBF mencapai Rp 1,5 triliun.
PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) juga lebih memilih menggunakan kas internal untuk memenuhi capex. Emiten yang sahamnya berkode SRIL ini menganggarkan capex hingga US$ 15 juta, yang akan digunakan untuk perawatan dan pengelolaan pabrik.
Meski begitu, SRIL juga tidak menutup kemungkinan mencari pinjaman dari perbankan. Produsen tekstil ini juga cukup rutin meminjam dana perbankan. "Kebanyakan dari bank dalam negeri," kata Welly Salam, Sekretaris Perusahaan SRIL.
Menurut dia, SRIL menentukan sumber pendanaan bergantung kebutuhan penggunaan dana. Sekjen Asosiasi Emiten Indonesia Isaka Yoga bilang, emiten akan cenderung mencari pinjaman bank untuk membiayai kebutuhan dana jangka pendek dan modal kerja. Sedang untuk dana jangka menengah panjang, emiten bisa menerbitkan obligasi.
Analis menilai, penerbitan obligasi atau pinjaman perbankan bisa menjadi sumber pendanaan yang menguntungkan bagi emiten tahun depan. Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee menyatakan, dengan tren bunga yang menurun saat ini, obligasi dan dana bank menjadi sumber pendanaan yang layak diperhitungkan.
Analis Daewoo Securities Franky Rivan melihat beberapa emiten juga terlihat mulai bersiap dan memperkuat kondisi fundamental perusahaan agar bisa mencari pinjaman dalam bentuk utang, baik ke perbankan maupun dalam bentuk penerbitan obligasi. Hal ini terutama terlihat pada emiten sektor konstruksi. Franky mencontohkan yang dilakukan perusahaan konstruksi pelat merah.
Seperti diketahui, beberapa emiten infrastruktur pelat merah mendapat tambahan modal dari pemerintah. Penambahan modal ini memperkuat kondisi keuangan emiten. Dengan demikian, rasio pengungkit alias leverage ratio jadi lebih tinggi. Bila leverage sudah membaik, emiten bisa menerbitkan saham, baik rights issue atau IPO.
"Setelah ekuitas naik, pinjaman bank bisa jadi pilihan," jelas Franky. Elisabet Lisa Listiani
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News