kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Emiten konsumer tertahan daya beli


Rabu, 02 Agustus 2017 / 10:57 WIB
Emiten konsumer tertahan daya beli


Reporter: Dityasa H Forddanta, Elisabet Lisa Listiani Putri | Editor: Wahyu T.Rahmawati

JAKARTA. Pada paruh pertama tahun ini, kinerja emiten konsumer cenderung melambat. Bahkan, beberapa emiten mencetak kinerja di bawah ekspektasi. Lagi-lagi, daya beli yang turun dituding sebagai penyebab lesunya kinerja emiten barang konsumsi.

Misalnya saja PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO). Pendapatan emiten ini di semester satu lalu turun 6,8% jadi Rp 1,2 triliun. Laba bersihnya juga merosot 7,6% year on year (yoy) menjadi Rp 244,9 miliar.

Begitupula dengan PT Mayora Indah Tbk (MYOR) yang laba bersihnya turun 7,3% menjadi Rp 547,8 miliar. Pendapatan MYOR hanya naik 1,2% menjadi Rp 9,3 triliun.

Pendapatan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) juga hanya naik 1,6% yoy menjadi Rp 18,46 triliun. Penjualan mi instan yang menjadi penopang utama ICBP malah turun 0,2% yoy menjadi Rp 11,8 triliun, karena ada perlambatan permintaan pada bulan puasa lalu.

Untungnya, laba bersih ICBP masih tumbuh 5,7% menjadi Rp 2,09 triliun. "Melambatnya permintaan konsumsi di Indonesia menjadi pemicunya," ujar Analis Ciptadana Sekuritas Irwin Saputra dalam riset 31 Juli.

Mimi Halimin, Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia, mengatakan, melambatnya daya beli masyarakat sudah mulai terlihat sejak awal 2017. Hal ini tercermin dari pertumbuhan pendapatan domestik bruto (PDB) selama kuartal satu yang hanya mencapai 5% yoy dan pertumbuhan konsumsi swasta sebesar 4,93% yoy. "Angka ini mengindikasikan rendahnya daya beli di kuartal tersebut," ujar Mimi.

Masih bisa pulih

Tapi, tidak semua emiten konsumer terhambat pelemahan daya beli. Emiten farmasi PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) justru merasa kinerjanya masih stabil.

Sepanjang semester I-2017, pendapatan KLBF naik 5% yoy menjadi Rp 10,07 triliun dari sebelumnya Rp 9,55 triliun. Laba bersihnya juga naik 6% yoy menjadi Rp 1,22 triliun.

Vidjongtius, Direktur Utama KLBF, mengakui adanya perpindahan (shifting) uang dari kalangan menengah atas ke ekonomi rakyat.

Shifting itu membuat daya beli masyarakat golongan menengah ke bawah justru lebih kuat. "Rasanya efek tersebut memang sudah terasa," ujar dia.
Vidjongtius bilang, pendapatan segmen consumer health KLBF naik 9% yoy jadi Rp 1,83 triliun. Kenaikan ini hampir menyamai kenaikan segmen nutrisi yang menjadi penopang bisnis KLBF.

Selain KLBF, laba bersih PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) juga masih bisa tumbuh 10% menjadi Rp 3,62 triliun pada semester I-2017 lalu. Pendapatannya juga naik 2,4% menjadi Rp 21,36 triliun.

Mimi mengatakan, masih ada potensi pemulihan ekonomi di paruh kedua tahun ini, yang terlihat dari beberapa indikator makro. Misalnya saja, penjualan eceran terus meningkat sejak Maret lalu. Selain itu, penjualan mobil juga kembali naik.

Mimi juga bilang, rata-rata indeks keyakinan konsumen (IKK) berada dalam tren meningkat. Rata-rata IKK pada kuartal II-2017 sebesar 124 poin, atau meningkat dibandingkan kuartal I-2017 yang sebesar 118 poin. Jadi, lanjut Mimi, secara keseluruhan sektor konsumer masih akan menjadi salah satu sektor favorit dalam jangka panjang.

Menurutnya, daya tahan sektor konsumer juga masih didukung profil demografis di Indonesia, terutama jika PDB per kapita berada di jalur yang tepat dan bisa naik lagi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×