Sumber: KONTAN | Editor: Test Test
JAKARTA. Tahun depan, pemerintah Indonesia akan menggelar proyek infrastruktur senilai Rp 93,35 triliun. Ini tentu kabar gembira bagi emiten sektor konstruksi, karena menjadi peluang untuk mengerek pendapatannya.
Analis Asia Kapitalindo Securities, Arga Paradita Sutiono mengatakan, pada tahun depan proyek properti dan infrastruktur akan bergairah lagi. Indikasinya sudah terlihat sejak kuartal terakhir tahun ini. "Tahun depan, pendapatan emiten konstruksi bisa naik 10%-30% dari 2009," katanya, belum lama ini.
Menurutnya, kinerja para emiten konstruksi akan maksimal apabila Bank Indonesia (BI) tetap menjaga suku bunganya di level rendah. Sebaliknya, jika bank sentral mengerek suku bunga pada level yang tinggi bisa mengganggu kinerja para emiten. Apalagi, belakangan ini harga beberapa bahan baku konstruksi sudah mulai naik.
Sonny John, Analis Samuel Sekuritas Indonesia berpendapat, tahun depan proyek konstruksi lebih banyak berasal dari pemerintah. Sebab, sektor swasta belum berani menggelar tender, dan masih menanti revisi Undang-undang No 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi. "Jadi, mereka masih wait and see karena masih menunggu kepastian hukum," ujarnya.
Lantaran hanya berasal dari proyek pemerintah, kata Sonny, maka kue di sektor ini sangat tipis. Dus, persaingan bisnis konstruksi pun semakin ketat. Jika pandai menyiasati dan mencari peluang, kinerja emiten sektor ini berpeluang membaik. "Tapi potensi kenaikan pendapatan sektor ini di bawah 10%," kata dia.
Masih ada peluang
Maka itu, Sonny menyarankan, emiten konstruksi supaya pandai-pandai mencari peluang, dan tidak hanya mengandalkan tender proyek dalam negeri. Mereka misalnya bisa mencari peluang pasar luar negeri. Tapi, emiten mesti selektif memilih proyek, supaya tak terjebak proyek bodong.
Jadi, Sonny memprediksi sektor konstruksi belum terlalu memukau pada tahun depan. Tapi, jika revisi UU Jasa Konstruksi mampu mendorong swasta mengembangkan infrastruktur, saham konstruksi layak dikoleksi.
Arga melihat saham sektor ini bisa menanjak, walau tipis. Price earning ratio (PER) sektor konstruksi sudah cukup tinggi, antara 10 kali sampai 17 kali. "Makanya, mesti pandai memilih saham konstruksi," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News