kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Emiten Holding Cetak Kinerja Bervariasi per Kuartal III, Berikut Rekomendasi Sahamnya


Kamis, 09 November 2023 / 11:57 WIB
Emiten Holding Cetak Kinerja Bervariasi per Kuartal III, Berikut Rekomendasi Sahamnya
ILUSTRASI. Rotasi sektor dan diversikasi dalam portofolio investasi menjadi penentu daya tahan emiten untuk menjaga perolehan laba.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten holding tak selalu tahan banting. Rotasi sektor dan diversikasi dalam portofolio investasi menjadi penentu daya tahan emiten untuk menjaga perolehan laba.

Sepanjang sembilan bulan 2023, kinerja emiten holding yang punya beragam anak usaha dan entitas afiliasi mencetak kinerja bervariasi. Dari kategori emiten multi-sektor holding, kinerja PT Astra International Tbk (ASII) masih melaju kencang.

Pendapatan dan laba bersih ASII tumbuh cukup solid, masing-masing 8,83% dan 10,11%. ASII meraup pendapatan Rp 240,91 triliun dan meraih laba bersih Rp 25,69 triliun hingga September 2023.

Dalam periode yang sama, PT Bakrie & Brother Tbk (BNBR) juga mampu menumbuhkan kinerja. BNBR mencetak pendapatan Rp 3,07 triliun, tumbuh 31,76%. Sedangkan laba bersihnya hanya naik tipis 0,56% menjadi Rp 123,12 miliar.

Baca Juga: IHSG Dominan di Zona Hijau, Cek Rekomendasi Saham BIPI, MAPA, TLKM, MEDC, KLBF, JSMR

Cerita berbeda dialami PT MNC Asia Holding Tbk (BHIT) yang mengalami penurunan laba bersih 74,63% jadi Rp 251,94 miliar. Sementara pendapatan BHIT terpangkas 12,29% ke angka Rp 12,20 triliun, terutama terseret penurunan kinerja dari segmen media.

Nasib BHIT masih lebih apik ketimbang PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) dan PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG). Kinerja keduanya kompak merosot, dengan berbalik menanggung rugi bersih. EMTK menelan kerugian Rp 162,18 miliar, sedangkan SRTG menderita rugi jumbo senilai Rp 10,6 triliun.

Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengamati, kinerja emiten holding maupun emiten berkategori perusahaan investasi akan tergantung dari diversifikasi yang dimiliki. Jika didominasi oleh satu sektor atau anak usaha, maka kinerjanya lebih rawan berfluktuasi.

"Jika satu perusahaan komposisinya besar dalam satu holding, tentu bisa jadi pemberat atau pendorong, tergantung kondisi industri dan sentimen pasar. Diversifikasi yang berimbang dan merata secara sektor akan berdampak positif," kata Nico, Rabu (8/11).

Baca Juga: IHSG Masih Mencari Arah di Awal Perdagangan Kamis (9/11)

Pengamat Pasar Modal dan Founder WH-Project William Hartanto menambahkan, capaian laba atau rugi emiten holding turut tergantung pada besaran saham yang dimiliki pada anak usaha atau afiliasinya. Terutama yang memberikan kontribusi signifikan. 

Dalam hal ini, William menyoroti strategi diversifikasi ASII yang mampu menjaga kinerja tetap solid. "Berarti dari sekian banyak anak usaha atau saham yang di-hold, mereka masih bisa cetak laba. Bisa diartikan juga segmen-segmen pilihan ASII tepat," imbuhnya.

Equity Sales Jasa Utama Capital Sekuritas Alfredo Gusvirli sepakat, kinerja dan prospek ASII relatif lebih stabil dan tahan banting ketimbang emiten holding yang lain. "Bisa dikatakan ASII sebagai salah satu emiten defensif dibandingkan beberapa holding company lainnya," sebut Alfredo.

Baca Juga: IHSG Diprediksi Menguat, Cek Rekomendasi Saham dari Bahana Sekuritas

Saham Anak Lebih Menarik

Selain dari sisi kinerja keuangan, pergerakan saham sebagian emiten holding juga tak tahan banting. Tampak dari posisi akumulasi harga saham yang memerah sepanjang tahun berjalan ini. BNBR dan BHIT bahkan menjadi saham gocap.

Menurut William, umumnya saham emiten holding kurang menarik. Pelaku pasar justru cenderung lebih tertarik dengan saham anak-anak usahanya. "Logis saja, kalau laba emiten holding tumbuh, maka yang lebih pantas dianggap bagus adalah saham yang memberikan kontribusi terbesar," ungkap William.

Hal ini yang membuat saham perusahaan induk lebih sepi peminat. Tapi, pengecualian bagi ASII. Sebagai emiten bigcap dengan saham bluechip, William melihat saham ASII tetap seksi karena aktif ditransaksikan, termasuk oleh investor asing.

Baca Juga: Saham-Saham IPO Berikan Keuntungan Berlipat, Begini Strategi Memburunya

Pertimbangan lain dari investor adalah iktikad dan kemampuan emiten dalam membagikan dividen. Hal ini bisa menambah daya tarik sehingga saham emiten holding layak dikoleksi untuk investasi jangka panjang. 

William pun masih menyematkan rekomendasi buy terhadap saham ASII. Sedangkan untuk jangka pendek, pelaku pasar bisa melirik saham EMTK dengan target harga di Rp 555 - Rp 580. 

Alfredo juga menjagokan ASII, yang secara teknikal berpotensi rebound ke resistance di level harga Rp 6.400. Sementara untuk emiten holding lainnya, Alfredo menyarankan untuk ambil posisi wait and see.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×