kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Emiten halo-halo menggeber efisiensi


Kamis, 02 Oktober 2014 / 04:32 WIB
Emiten halo-halo menggeber efisiensi
ILUSTRASI. Level terendah IHSG pekan ini berada di 6.735 dan level tertinggi pada 6.838.


Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Sandy Baskoro

JAKARTA. Gaung konsolidasi di industri telekomunikasi berbunyi makin kencang. Salah satu strateginya adalah perampingan aset. Aksi teranyar datang dari PT XL Axiata Tbk (EXCL), yang menjual menara sebanyak 3.500 unit.

Dalam proses tender selama tiga bulan itu, EXCL akhirnya melego menara ke PT Solusi Tunas Pratama Tbk (SUPR). Kedua pihak sudah meneken perjanjian pembelian aset senilai Rp 5,6 triliun. Ini berarti, satu menara EXCL dilelang sekitar Rp 1,6 miliar.

Hasnul Suhaimi, Direktur Utama EXCL bilang, penjualan ini adalah strategi pengurangan aset (asset light strategy) agar bisnisnya kian efisien. Bersamaan itu, EXCL dan SUPR melakukan perjanjian sewa menara. EXCL akan menyewa kembali menara tadi dalam tempo 10 tahun, dengan harga lebih kompetitif. "Kami akan memakai dana hasil transaksi untuk mengurangi utang," ujar dia, Rabu (1/10).

Strategi pengurangan aset ini lebih dulu dilakukan pesaing EXCL, PT Indosat Tbk (ISAT). Pada Juli 2012, ISAT melego 2.500 unit menara ke PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) senilai US$ 519 juta. Berbeda dengan EXCL yang mendapat uang tunai, dalam transaksi ini ISAT dibayar tunai US$ 406 juta dan mendapat 239,83 juta saham atau 5% saham TBIG.

Strategi sedikit berbeda ditempuh PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM). Operator pelat merah ini berniat menjual 49% saham PTĀ  Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel), anak usahanya yang berbisnis menara. Skemanya, saham Mitratel akan ditukar dengan saham salah satu operator menara. Kemudian TLKM akan memindahkan sejumlah menara milik Telkomsel ke Mitratel. Ini agar aset Mitratel menggemuk dan aset Telkomsel bisa lebih ramping. Tapi belakangan, TLKM mencari opsi lain untuk menjual Mitratel lantaran rencana tadi diprotes DPR.

Yang jelas, ketiga pemain besar telekomunikasi ini gencar mencari cara menekan beban. Analis Bahana Securities, Leonardo Henry Gavaza menilai, cepat atau lambat, industri telekomunikasi harus mengkonsolidasikan bisnisnya agar lebih efisien.

EXCL misalnya, dengan menjual menara, bisa mengurangi beban utang yang menggunung. EXCL bisa memperbaiki margin labanya. "Operator seluler saat ini lebih baik tak punya banyak aset. Di sisi lain, belanja operasional bisa dipangkas," ujar dia.

Chandra Pasaribu, analis Indo Premier Securities bilang, dengan melepas aset, net gearing EXCL bisa menyusut. Dibandingkan penjualan menara ISAT, harga jual menara EXCL lebih tinggi.

Dengan akrobat ini, EXCL akan terus menyalip posisi ISAT. Apalagi, EXCL punya dampak positif dari akuisisi PT Axis Telekom beberapa waktu lalu. Strategi menekan utang ini akan menguntungkan prospek EXCL. Soalnya dibanding emiten telekomunikasi lain, beban utang EXCL terlihat paling tinggi. Sementara ISAT sibuk menutup utang dengan mencari utang baru yang lebih murah.

Dari ketiga pemain, analis tetap menjagokan TLKM. Soalnya, bisnis TLKM sudah terdiversifikasi dengan baik. Leonardo bilang, EXCL dan ISAT hanya bisa dibandingkan dengan Telkomsel. Selama ini, Telkomsel sudah lebih dulu melakukan efisiensi.

Meski demikian, EXCL lebih agresif dalam mengejar pangsa pasar, sementara TLKM konservatif. "Dalam jangka panjang EXCL akan menarik terutama setelah memangkas utang. Namun TLKM tetap menjadi market leader di industri ini," kata Chandra.

Chandra dan Leonardo masih merekomendasikan buy TLKM dengan target masing-masing Rp 3.000 dan Rp 3.350 per saham. Untuk EXCL, Leonardo merekomendasikan hold di Rp 5.500 dan Chandra buy di Rp 6.450. Soal ISAT, Leonardo merekomendasikan buy dengan target Rp 4.800 dan Chandra hold dengan target Rp 4.330 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×