Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten terus menggenjot ekspansinya di sisa tahun ini. Untuk memuluskan ekspansi, emiten gencar melakukan pendanaan eksternal, baik dengan menerbitkan surat utang alias obligasi maupun pendanaan pihak perbankan.
Terkini, unit usaha PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) yakni Adaro Power, dikabarkan tengah mencari pembiayaan untuk mendanai proyek pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) senilai US$ 5 miliar.
Mengutip pemberitaan Bloomberg, Selasa (24/10), pendanaan yang dicari Adaro Power berkisar 80% dari total pembiayaan proyek tenaga surya yang mencapai US$ 5 miliar, kata Presiden Direktur Dharma Djojonegoro dalam sebuah wawancara di Singapura pada hari Selasa (24/10).
Kabar menyebut, Standard Chartered ditunjuk menjadi penasihat keuangan untuk proyek tenaga surya tersebut. Namun, Djojonegoro menyebut Adaro Power belum memulai diskusi dengan pihak perbankan terkait pendanaan ini.
Saat dikonfirmasi Kontan.co.id, Head of Corporate Communication ADRO Febriati Nadira belum bisa menyampaikan lebih lanjut ihwal kabar ini. “Sejauh ini baru itu saja,” terang Nadira, Selasa (24/10).
Baca Juga: Sejumlah Emiten Masih Ramai Menggelar Private Placement, Ada yang Menarik?
Kemudian, dua anak usaha PT Golden Energy Mines Tbk (GEMS) meraih pinjaman dari PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) senilai Rp 2,2 triliun. Rinciannya, limit pinjaman untuk PT Borneo Indobara sebesar maksimal Rp 2,05 triliun, sementara limit pinjaman PT Barasentosa Lestari maksimal Rp 150 miliar.
“Tujuan fasilitas adalah tambahan modal kerja,” terang Sudin Sudirman, Corporate Secretary GEMS, Selasa (24/10).
Pinjaman ini disebut Sudin bisa mendukung pertumbuhan dan kinerja operasional GEMS. Pinjaman ini juga memperkuat kondisi keuangan GEMS karena tambahan fasilitas modal kerja. Dus, pinjaman ini berdampak positif terhadap kelangsungan usaha emiten pertambangan terafiliasi Grup Sinarmas ini.
Sementara itu, ada juga sejumlah emiten yang melakukan penerbitan obligasi untuk membiayai ekspansinya. Misalkan, PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) yang akan menerbitkan Obligasi Berkelanjutan IV Tahap II Tahun 2023 senilai Rp 900 miliar.
Corporate Secretary Summarecon Agung Jemmy Kusnadi mengatakan, 85% dana obligasi akan digunakan untuk pengembangan usaha ada di beberapa lokasi yang ditargetkan untuk proyek real estate. Lokasi proyek tersebut berada di wilayah Bandung, Bogor, Bekasi dan/atau wilayah lainnya di Jawa Barat, Tangerang.
“Bisa juga untuk di wilayah lainnya, seperti di Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatra Selatan, Sulawesi, dan Kalimantan,” kata Jemmy kepada Kontan.co.id.
Emiten kertas terafiliasi Grup Sinarmas, yakni PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) juga melakukan penerbitan obligasi sebesar US$ 12,96 juta.
Dana yang diperoleh dari hasil penawaran obligasi akan digunakan oleh INKP untuk belanja modal terkait ekspansi pembangunan pabrik kertas industri berupa pembelian equipment dan pekerjaan sipil.
PT Samator Indo Gas Tbk (AGII) juga akan menggunakan dana hasil penerbitan obligasi dan sukuk untuk keperluan ekspansi. Emiten produsen gas industri ini akan menerbitkan dan menawarkan obligasi dan sukuk ijarah, dengan nilai masing-masing Rp 70 miliar
Sekitar 60% akan digunakan untuk pembelian mesin dan peralatan yang terdiri namun tidak terbatas pada mesin produksi gas, pompa, dan peralatan pendukungnya.
Kemudian, sekitar 40% akan digunakan untuk pembelian sarana pemasaran yang terdiri namun tidak terbatas pada storage tank, botol gas, microbulk, lorry tank, iso tank, dan peralatan pendukungnya.
Pengamat Pasar Modal dan Guru Besar Universitas Indonesia Budi Frensidy menilai, pendanaan dengan menerbitkan surat utang (obligasi) lebih dapat menghindari fluktuasi tingkat bunga. Selain itu, penerbitan obligasi tidak perlu melakukan angsuran pokok sehingga cashflow emiten akan lebih terjaga.
Baca Juga: Musim Laporan Kinerja Emiten Dimulai, Saham-Saham Pilihan Ini Layak Dicermati
Pada waktu jatuh tempo, emiten bisa menerbitkan obligasi baru lagi untuk melunasi obligasi yang jatuh tempo.
“Hanya bayar kupon selama masa obligasi triwulanan,” terang Budi kepada Kontan.co.id, Selasa (24/10).
Budi melihat, banyaknya pendanaan untuk membiayai ekspansi juga berdasarkan kesempatan dan peluang di masing-masing industri. Namun, untuk tahun depan, Budi menilai emiten akan cenderung melakukan wait and see dan dan menunggu selesainya masa pemilihan umum.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News