Reporter: Aulia Ivanka Rahmana | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten farmasi dalam jangka panjang diprediksi masih tumbuh seiring dengan pertumbuhan populasi dan kebutuhan suplemen kesehatan oleh masyarakat.
Analis Henan Putihrai Sekuritas Bryan Soetopo melihat bahwa indeks keyakinan konsumen dan penjualan ritel terus tumbuh positif, hal tersebut menunjukkan bahwa daya beli masyarakat masih stabil.
"Selain itu tentu permintaan dari luar negeri juga bisa meningkatkan kinerja emiten farmasi," kata Bryan kepada Kontan.co.id, Jumat (26/1).
Baca Juga: Kalbe Farma (KLBF) Siapkan Capex Rp 1 Triliun
Pertumbuhan produksi obat-obatan, alat kesehatan, dan jamu juga merupakan faktor yang membuat pasar farmasi masih cerah tahun ini. Permintaan obat di negara seperti Afrika dan Timur Tengah juga menjadi salah satu sentimen lainnya.
Ambil contoh, PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) mempunyai ekspor ke Timur Tengah, Malaysia, Amerika Serikat, dan beberapa negara di Eropa.
"SIDO juga sedang menargetkan untuk ekspansi usaha ke Jepang, Thailand, dan Taiwan yang bisa meningkatkan pertumbuhan kinerjanya," tuturnya.
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Abdul Azis Setyo Wibowo memperkirakan prospek saham emiten farmasi seperti INAF, KAEF, KLBF, PEHA, dan SIDO di tahun ini masih sama seperti pada tahun lalu.
"Yang mana kinerja perusahaan secara top line atau bottom line masih bisa tumbuh tetapi terbatas," kata Azis kepada Kontan.co.id, Jumat (26/1).
Menurutnya daya beli masyarakat masih cenderung melemah dan fluktuasi kurs yang berpotensi menjadi sentimen negatif pada emiten farmasi di tahun ini.
Azis bilang, perkembangan alat kesehatan dan pengembangan obat-obatan di Indonesia masih akan cenderung stabil pada tahun ini.
Senior Investment Information Mirae Aset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta menimpali, jika Omnibus Law di bidang kesehatan sudah diimplementasikan, perkembangan alat kesehatan akan terjadi.
Baca Juga: Pyridam Farma (PYFA) Tawarkan Obligasi Rp 400 Miliar
"Walaupun begitu kita tentu berharap bahwa pengembangan obat-obatan di tahun ini bisa berjalan secara optimal," ungkapnya kepada Kontan.co.id, Minggu (28/1).
Secara teknikal Nafan merekomendasikan hold kepada beberapa saham emiten farmasi. Pada saham PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) ia merekomendasikan hold dengan target harga Rp 1.600 per saham, hold pada saham PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) dengan target harga Rp 520 per saham.
Lalu hold pada saham PT Phapros Tbk (PEHA) dengan target harga Rp 560 per saham, hold pada saham PT Indofarma Tbk (INAF) dengan target harga Rp 456 per saham, dan hold pada saham PT Kimia Farma Tbk (KAEF) dengan target harga Rp 870 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News