kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Emiten BUMN akan buyback saham Rp 10 triliun


Senin, 24 Agustus 2015 / 20:08 WIB
Emiten BUMN akan buyback saham Rp 10 triliun


Reporter: Annisa Aninditya Wibawa | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) semakin kekurangan darah. Untuk memberikan energi di pasar, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno meminta 13 emiten pelat merah untuk melakukan pembelian kembali saham atau buyback saham. Adapun, dana buyback emiten pelat merah ini akan bernilai minimal Rp 10 triliun.

Beberapa emiten Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pun menyatakan untuk mengkaji pelaksanaan aksi buyback. Saat ini, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) tengah menelaah untuk melakukan buyback. Suradi, Sekretaris Perusahaan WIKA menekankan bahwa aksi buyback memerlukan kajian yang komprehensif dan waktu yang tepat.

Lalu anak usaha WIKA, PT Wika Beton Tbk (WTON) turut mengkaji buyback apabila harga sahamnya turun terus. Pekan depan, manajemen WTON akan menggelar rapat untuk memutuskan pelaksanaan buyback. Puji Haryadi, Sekretaris Perusahaan WTON mengungkapkan bahwa buyback merupakan strategi untuk menahan agar saham tak jatuh lebih lanjut.

PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) pun sedang memikirkan untuk melakukan buyback. "Ada arah ke sana. Tapi masih dalam review manajemen. Buyback ini seperti investasi. Jangan sampai salah langkah," ucap Agung Wiharto, Sekretaris Perusahaan SMGR, kepada KONTAN, Senin, (24/8).

Ia mengungkapkan, SMGR tengah memperhatikan kondisi industri, nasional, dan global. Selain itu, SMGR juga memperhitungkan perbandingan harga saham dengan Price Book Value (PBV) dan Enterprise Value (EV). Meski begitu, Agung menyadari harga saham SMGR telah terdepresiasi cukup dalam.

Analis Investa Saran Mandiri Hans Kwee menekankan agar emiten berhati-hati dalam melakukan buyback. Menurutnya, dana berlebih sebaiknya digunakan untuk bayar utang atau investasi demi meningkatkan nilai perusahaan.

Hans menilai bahwa buyback dapat menetralisir aksi short sell di pasar. Ini karena otoritas melihat kondisi pasar sedikit anomali dan adanya kepanikan para pemodal. Padahal kondisi penurunan IHSG saat ini belum separah 2008.

Ia mengaku belum mampu memperkirakan posisi bottom IHSG. Pasalnya, beberapa faktor penekan IHSG berasal dari luar negeri. Misalnya perlambatan ekonomi China, penurunan bursa Shanghai, ketidakpastian The Fed mengerek suku bunga, sampai harga komoditas yang melesu. Sementara dari dalam negeri, terdapat sentimen melemahnya nilai tukar rupiah.

Menurut Hans, pergerakan indeks akan cukup volatil sampai ada kepastian kenaikan suku bunga The Fed. Ia pun berharap posisi bottom IHSG berada di 3.800. Hans memprediksi, dalam kondisi pesimis IHSG akan tutup di 4.400 pada akhir tahun. Sementara prediksi optimisnya adalah 5.100.

Catatan saja, pada akhir transaksi hari ini, saham WIKA ditutup dengan penurunan 6,64% menjadi Rp 2.460, saham WTON turun 10,94% menjadi Rp 855, dan saham SMGR turun 9,72% menjadi Rp 7.200.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×