Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten produsen batubara di Bursa Efek Indonesia (BEI) terus berupaya menambah kapasitas produksi. Salah satu langkah yang ditempuh adalah melalui akuisisi tambang.
Harga batubara yang mulai membaik turut mengerek kinerja beberapa emiten. Harga batubara Newcastle di Bursa ICE untuk kontrak pengiriman Maret 2018 kemarin sempat berada di US$ 89,25 per ton. Jumlah ini sudah menanjak 15,68% dibandingkan harga di awal tahun.
Ada beberapa emiten yang memiliki agenda akuisisi. Emiten itu antara lain Bukit Asam (PTBA), Indo Tambangraya Megah (ITMG), Indika Energy (INDY), Dian Swastatika Sentosa (DSSA), ABM Investama (ABMM) dan Adaro Energy (ADRO). Selain menambah kapasitas produksi, langkah akuisisi ditempuh untuk mencari pengganti tambang yang masa konsesinya hampir berakhir.
ITMG misalnya, bermaksud menambah sumber tambang batubara baru hingga tahun depan. Sebab, dua dari enam ladang tambangnya bakal tutup operasi di kuartal II-2019. Kedua tambang tersebut berada di bawah pengelolaan PT Kitadin dan PT Jorong Barutama Greston.
Pada 24 September 2017, ITMG mengakuisisi 70% saham PT Tepian Indah Sukses senilai US$ 9,5 juta. Tepian Sukses adalah pemilik izin usaha pertambangan (IUP) seluas 2.065 hektare di Kalimantan Timur. Tambang ini diprediksi memiliki cadangan produksi 4,7 juta ton.
Rencana PTBA
PTBA juga berencana mengakuisisi tambang batubara. Manajemen sempat menyatakan membidik lokasi di luar Sumatra yang selama ini menjadi basis produksi. PTBA mengincar Kalimantan dengan cadangan batubara besar dan berkalori minimum 4.200 kilokalori per kilogram (kkal/kg).
Sekretaris Perusahaan PTBA Suherman memprediksi, pada tahun depan volume penjualan batubara bisa naik 10% dibandingkan proyeksi tahun ini. Namun PTBA belum bisa membocorkan perkiraan pendapatan dan laba bersih 2018. "Dari prediksi analis, sepertinya tak jauh berbeda dengan 2017, flat," terang Suherman kepada KONTAN, Senin (20/11).
Tak mau ketinggalan momentum kenaikan harga batubara, DSSA membuka peluang akuisisi. Meksi belum jelas tambang mana yang diincar, wacana menambah produksi batubara sudah terdengar.
Produksi batubara DSSA bakal lebih kencang karena perusahaan ini bermaksud melakukan diversifikasi ke bisnis listrik. Pada 2018, produksi batubara DSSA diperkirakan tumbuh lebih dari 5%. Tahun ini, DSSA menargetkan bisa mencapai produksi batubara sebanyak 14 juta ton.
Sebelumnya, INDY telah memperbesar porsi kepemilikan saham pada anak usahanya di PT Kideco Jaya Agung. INDY telah merampungkan proses akuisisi 45% kepemilikan saham Kideco senilai US$ 677,5 juta. Artinya, INDY menambah porsi menjadi 91% dari semula 46%. Kideco adalah produsen batubara terbesar ketiga di Indonesia.
Analis Minna Padi Investama Evelyn Rosiana menilai, rencana emiten mengakuisisi tambang cukup positif. Sebab, ini adalah saat yang pas untuk ekspansi batubara. "Harga sudah lebih baik daripada tahun sebelumnya," ujar dia.
Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee juga menyatakan harga batubara saat ini cukup bagus. Dia mengamati, banyak perusahaan tambang sebelumnya wait and see. Namun kini mulai berani mencari lahan baru.
Dari beberapa emiten tambang, Hans merekomendasikan ITMG, ADRO dan PTBA. ITMG dinilai memiliki manajemen bagus dan berkualitas, ADRO unggul dalam efisiensi yang baik. Adapun PTBA karena milik pemerintah sehingga hasil produksi akan selalu terserap pasar. "Kami pikir layak dikoleksi," imbuh dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News