Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - Meski berada dalam tren bullish, tetapi harga emas tetap dibayangi sentimen negatif. Laju penguatan harga komoditas logam mulia ini diperkirakan akan tersendat jika Pemerintahan Donald Trump melanjutkan rencana reformasi pajak.
Dollar Amerika Serikat (AS) berpotensi menguat, sedangkan emas justru terkoreksi.
Deddy Yusuf Siregar, Analis PT Asia Tradepoints Futures mengatakan, apabila yang dikampanyekan Trump terkait reformasi pajak bisa sejalan dengan ekspektasi pasar, maka kepercayaan pada pemerintah bisa meningkat. Dengan kembalinya kepercayaan pasar diperkirakan dollar AS akan mulai menguat sehingga peran emas sebagai aset lindung nilai mulai ditinggalkan.
“Tapi penguatan dollar terbatas karena kans emas untuk menguat sampai akhir tahun cukup terbuka,” ujarnya. Selasa (29/8).
Menurut Deddy, sejauh ini, emas masih mendapat banyak sokongan sentimen positif. Bahkan rencana kenaikan suku bunga Bank Sentral AS yang dijadwalkan akhir tahun diperkirakan tidak akan mampu meruntuhkan harga emas.
Katanya, sejak pertemuan Jackson Hole probabilitas kenaikan suku bunga justru semakin turun. “Sejak Yellen tidak memberi kepastian kapan kenaikan suku bunga akan dilakukan, sekarang ini probabilitasnya dibawah 50%,” imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News