kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.306.000 -0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Emas terus menguat meski dollar mulai pulih


Senin, 06 Februari 2017 / 20:28 WIB
Emas terus menguat meski dollar mulai pulih


Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Harga komoditas emas terus melanjutkan tren penguatan. Bahkan meski indeks dollar Amerika Serikat (AS) cenderung positif logam mulia itu tetap mempertahankan penguatannya. Analis menduga reli yang panjang ini bisa menimbulkan peluang koreksi di kemudian hari.

Mengutip Bloomberg, Senin (6/2) pukul 19.01 WIB emas tercatat menguat 0,57% ke level US$ 1227,80 per ons troi dibanding hari sebelumnya. Sedangkan jika dibandingkan sepekan terakhir harganya sudah melambung hingga 2,37%.

Agus Chandra, analis PT Monex Investindo Futures mengatakan penyebab penguatan ini terjadi karena rilis data ketenagakerjaan AS yang hasilnya cukup beragam. Walaupun Departemen Tenaga Kerja AS mencatat adanya penambahan pekerja di luar sektor pertanian bulan Januari meningkat dari 157.000 menjadi 227.000, tetapi rata -rata gaji per jam hanya naik 0,1% dan tingkat pengangguran naik menjadi 4,8%.

“Hasil itu mengikis rencana kenaikan suku bunga The Fed di bulan Maret, sehingga penguatan indeks dollar hanya tipis,” terangnya.

Pada Senin (6/2) pukul 19.02 WIB, indeks dollar hanya tercatat naik 0,13% ke level 99,997. Seolah pergerakan indeks dollar tak berpengaruh dalam perdagangan emas. Tertundanya kenaikan suku bunga Bank Sentral AS justru berbuah menjadi sentimen positif bagi emas.

Hingga saat ini emas juga masih diuntungkan dengan kebijakan presiden AS Donald Trump yang cukup kontroversial. Belum sebulan menjabat, Trump memutuskan untuk menarik diri dari perjanjian Trans Pacific Partnership, memerintahkan pembangunan tembok pembatas dengan Mexico dan membuat larangan masuk bagi warga dari 7 negara muslim di Asia. Sikap Trump itu membuat pasar khawatir terhadap prospek ekonomi AS di kemudian hari. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×