Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Harga emas mulai memasuki pasar bullish. Harga emas telah menanjak hingga 20% dari level terendahnya sejak 2010 pada Desember tahun lalu.
Mengutip Bloomberg, Senin (7/3) pukul 18.07 WIB, harga emas kontrak pengiriman April 2016 di Commodity Exchange turun tipis 0,1% ke level US$ 1.269,5 per ons troi dibanding sehari sebelumnya. Sedangkan sepekan terakhir emas menguat 2,8%.
Akhir pekan lalu, harga emas mencatat level tertinggi sejak Februari 2015 di US$ 1.270,7 per ons troi. Deddy Yusuf Siregar, analis PT Asia Tradepoint Futures mengatakan, harga emas sudah masuk tren bullish sejak terakhir kali pada tahun 2013. Sentimen dari negeri panda menjadi salah satu pendukung kenaikan harga emas.
Perdana Menteri China, Li Keqiang menyatakan akan memberi prioritas utama pada program pembangunan. Pemerintah China akan kembali melakukan pelonggaran kebijakan untuk menggenjot perekonomian.
Namun, hal tersebut akan mendorong nilai utang menjadi 258% dari angka produk domestik bruto (PDB) China. Angka tersebut lebih tinggi dari 247% di akhir tahun 2014.
Kenaikan harga emas juga tak lepas dari dorongan sentimen dari negeri Paman Sam. Akhir pekan lalu, Amerika Serikat (AS) merilis data - data ekonomi penting dengan hasil beragam.
Hal tersebut menguatkan spekulasi jika The Fed akan sulit menaikkan tingkat suku bunga dalam waktu cepat. Ini meningkatkan pamor emas sebagai aset non bunga.
Selanjutnya, pertemuan Europe Central Bank (ECB) pada pekan ini akan memberi peluang kenaikan harga emas. Pasalnya, ECB berencana memangkas suku bunga hingga ke territory negatif.
"Sentimen tersebut akan kembali memberi ruang bagi emas untuk menguat," ujar Deddy. Apalagi Bank of Japan (BOJ) sudah melakukan hal tersebut lebih dahulu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News