Reporter: Agung Jatmiko | Editor: Wahyu T.Rahmawati
JAKARTA. Harga komoditas melemah. Indikasi pelambatan ekonomi serta belum jelasnya arah pemulihan ekonomi zona Euro menekan harga komoditas utama dunia.
Emas merupakan komoditas paling tertekan di awal kuartal kedua tahun ini, dengan penurunan 13,71% sejak April 2013. Komoditas energi bergerak fluktuatif cenderung turun. Bagaimana prospek harga komoditas di kuartal II ini, berikut ulasannya:
- Emas
Harga emas menurun paling tajam. Harga emas untuk pengiriman Juni 2013 di Comex sudah turun 13,71% sepanjang April hingga Rabu (17/4) di US$ 1.376 per ons troi. Harga emas anjlok 18,04% sejak akhir 2012.
Di awal kuartal II ini, harga emas secara mengejutkan terjun ke level terendah sejak tahun 2011. Rontoknya harga emas dipicu oleh informasi mengenai penjualan cadangan emas Siprus dalam upayanya memperbaiki ekonomi.
Penjualan emas ini membangkitkan kekhawatiran bahwa negara-negara Eropa lain akan memilih cara penjualan emas daripada meminta talangan. Jika cara ini yang akhirnya ditempuh, maka bisa dipastikan harga emas selama kuartal II-2013 semakin jatuh.
Kiswoyo Adi Joe, Managing Partner Investa Saran Mandiri melihat, pergerakan emas ke depan akan dipengaruhi oleh kebijakan bank sentral negara-negara Eropa dalam menyelesaikan krisis ekonomi. Selain itu, kinerja ekonomi Amerika Serikat (AS) di kuartal II ini akan terus dipantau oleh pasar sebagai salah satu acuan pergerakan.
Ia memprediksi adanya tren penurunan harga emas hingga akhir kuartal kedua, dengan pergerakan antara US$ 1.200-US$ 1.500 per ons troi.
- Minyak
Harga minyak di awal kuartal II ini juga terus turun. Harga minyak West Texas Intermediate ditutup pada harga US$ 97,23 per barel pada akhir kuartal pertama dan hingga kini turun 9,74% menjadi US$ 87,76 per barel.
Nizar Hilmy, analis SoeGee Futures bilang, harga minyak bergerak fluktuatif ini karena ketidakseimbangan perekonomian di tiga wilayah, yaitu AS, Eropa dan China. Saat ekonomi AS membaik, ekonomi Eropa belum menemukan titik balik untuk pulih dari krisis finansial. Sedangkan, China yang merupakan negara dengan perekonomian terbesar kedua dunia justru mencatat produk domestik bruto (PDB) kuartal I-2013 di bawah ekspektasi.
Momentum peningkatan harga minyak di kuartal II-2013, kata Nizar akan bergantung pada kinerja perekonomian AS dan China. Eropa, yang masih fokus pada upaya pemulihan ekonomi, kemungkinan bisa menjadi batu sandungan bagi pergerakan harga minyak. "Tren bearish masih belum lepas dari pergerakan harga minyak," kata Nizar.
Sampai akhir kuartal II-2013, Nizar memprediksi, harga minyak cenderung tertekan, dengan pergerakan di kisaran US$ 85,00-US$ 95,00 per barel.
- CPO
Harga minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) untuk kontrak pengiriman Juli 2013 di Bursa Drivative Malaysia, Rabu (17/4) turun 4,69% menjadi RM 2.275 per metrik ton, dibanding harga akhir Maret. Pergerakan harga CPO di awal kuartal II-2013 semakin menegaskan sinyal bearish yang cukup kuat.
PDB China menunjukkan indikasi perlambatan ekonomi, yang memicu kekhawatiran turunnya permintaan CPO ke depan. China merupakan salah satu konsumen CPO terbesar di dunia selain India.
Adanya perlambatan ekonomi global kemungkinan besar akan memaksa sejumlah negara untuk mengetatkan anggaran. Turunnya harga minyak mentah di awal kuartal II-2013 juga praktis bisa menekan harga CPO, terutama untuk permintaan biofuel, sebagai produk turunan CPO.
Sampai akhir kuartal II-2013, Ariana Nur Akbar, analis senior Monex Investindo Futures memperkirakan, harga CPO masih akan turun, dengan pergerakan berada di kisaran RM 2.300-RM 2.316 per metrik ton.
- Batubara
Pergerakan harga batubara juga fluktuatif dengan kecenderungan melemah terbatas di awal kuartal II-2013. Selasa (16/4), harga batubara untuk pengiriman Mei di ICE Futures sebesar US$ 87,70, turun 0,34% dibandingkan harga sehari sebelumnya.
Suluh Adil Wicaksono, analis Millenium Penata Futures mengatakan, harga batubara pada kuartal kedua semakin tertekan karena rilis data ekonomi sejak awal bulan lebih banyak menimbulkan sentimen negatif. Rilis data ekonomi AS dan China yang diharapkan bisa menopang harga batubara, ternyata malah menunjukkan hasil yang negatif dan memicu spekulasi perlambatan ekonomi di kedua negara.
Sampai akhir kuartal II-2013, Suluh memperkirakan, harga batubara masih akan terus turun, dengan pergerakan berada di kisaran US$ 80-US$ 90 per metrik ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News