Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Komoditas emas diprediksi akan kembali menjadi primadona investasi selama 2023 setelah merajai transaksi di pasar komoditas tahun 2022. ICDX mencatat, produk yang menjadi penyumbang terbesar transaksi PBK adalah kontrak emas dengan total volume transaksi sepanjang 2022 mencapai 605.649 lot settled.
Direktur ICDX Nursalam mengatakan, lebih dari setengah total volume transaksi semua produk multilateral yang diperdagangkan di ICDX yakni emas, valuta asing (forex), dan minyak mentah.
“Total volume transaksi multilateral ICDX pada 2022 mencapai 941.156 lot settled,” kata Nursalam kepada Kontan.co.id, Kamis (12/1).
Baca Juga: Kontrak Emas Ramai Diperdagangkan Sepanjang 2022, Begini Catatan ICDX
Nursalam memprediksi bahwa pergerakan positif emas akan berlanjut hingga awal 2023. Sebab, hasil pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada Desember 2022 menunjukkan para pembuat kebijakan The Fed sepakat perlu memperlambat laju kenaikan suku bunga yang agresif dengan mempertimbangkan fleksibilitas dalam membuat kebijakan moneter.
“Proyeksi kenaikan tambahan tingkat suku bunga Amerika Serikat pada 2023 sebesar 75 bps dengan target kebijakan menjadi di tingkat 5,1%, saat ini berada di kisaran 4,25%-4,50%,” ungkap dia.
Menurut Nursalam, ekspektasi kenaikan suku bunga acuan yang lebih kecil berpotensi mengembalikan daya tarik emas sebagai aset safe-haven, terlebih dengan adanya kekhawatiran resesi.
Selain itu, IMF juga memangkas proyeksi pertumbuhan global di tahun 2023 menjadi 2,9% pada bulan Oktober 2022, dibandingkan proyeksi IMF Juli sebelumnya yaitu 2,7%. Pemangkasan itu dilakukan seiring dengan melambatnya pertumbuhan tiga penggerak ekonomi terbesar dunia (AS, China, dan Eropa).
“Emas sensitif terhadap pergerakan kenaikan tingkat suku bunga acuan. Jika The Fed mengadopsi kebijakan yang kurang agresif dibandingkan tahun lalu, maka berpotensi menjadi prospek baik bagi emas,” kata Nursalam.
Baca Juga: Harga Emas Spot Sempat Melonjak ke Atas US$ 1.900 Per Ons Troi Usai Data Inflasi AS
Analis Monex Investindo Futures Andian Wijaya menilai semua produk komoditas sebenarnya tak bisa dipukul rata. Sebab, ada beberapa komoditas yang masih tinggi peminat, sedangkan ada beberapa produk yang mungkin akan mengalami penurunan permintaan.
Namun, Andian menilai harga logam emas masih berpeluang naik, mengingat ada rencana The Fed untuk tidak bersikap agresif di tahun 2023. Sehingga, sangat mungkin pelaku pasar kembali mengalihkan minat kembali ke emas.
Tidak menutup kemungkinan bahwa emas juga akan mencatat level tinggi baru di tahun 2023 jika The Fed memegang komitmen untuk tidak menaikkan suku bunga secara signifikan dan mempertahankan suku bunga di pertengahan tahun.
“Dengan rentang perdagangan di akhir tahun 2023 pada kisaran US$ 2.000-US$ 2.100 dengan asumsi naik,” kata Andian kepada Kontan.co.id, Kamis (12/1).
Selain sebagai aset lindung nilai, Andian menilai data yang diukur ketika melihat pergerakan harga logam lebih cenderung ke data pasar Amerika Serikat (AS).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News