Reporter: Dyah Ayu Kusumaningtyas | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) menanjak empat hari berturut-turut. Kebangkitan harga CPO dipicu spekulasi meningkatnya permintaan atas komoditas tersebut.
Nilai kontrak harian CPO untuk pengiriman Agustus 2011 di Bursa Derivatif Malaysia, Kamis (19/5), sempat naik 0,78% menjadi RM 3.363 per ton atau US$ 1.110 per ton.
Ekspor CPO Malaysia meningkat 28% menjadi 533.419 ton selama 15 hari pertama di bulan Mei dibandingkan periode sama April lalu. "Meskipun ada prediksi bahwa pasokan CPO meningkat, ternyata ada pula faktor yang meredam lonjakan pasokan tersebut," ujar Lee Yeow Chor, Ketua Dewan Kelapa Sawit Malaysia di Kuala Lumpur, seperti dikutip Bloomberg, kemarin.
Keprihatinan terhadap kondisi cuaca di belahan bumi bagian utara diperkirakan akan mengurangi pasokan minyak nabati lainnya, seperti minyak kedelai. "Minyak kelapa sawit dan minyak kedelai merupakan barang substitusi di makanan dan bahan bakar," imbuh Lee.
Menurut Herry Setyawan, Analis Indosukses Futures, di saat komoditas energi seperti minyak dan batubara cenderung terkoreksi, komoditas pangan, semacam CPO, tetap dalam tren menanjak.
Selain sebagai bahan baku pangan, minyak sawit juga bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar biodiesel. Maka itu, ketika harga minyak dan batubara tinggi, orang cenderung memilih biodiesel.
Di sisi lain, Indonesia sebagai pemasok terbesar CPO dunia, menghadapi kendala ekspor. Situasi ini mengancam persediaan minyak sawit di tingkat global semakin terkuras. "Masalahnya ada di bea ekspor Indonesia yang bisa digolongkan sangat tinggi," tutur Herry.
Harga CPO diprediksi terus naik hingga akhir semester pertama tahun ini. Apalagi, umat Islam sebentar lagi menyambut bulan Ramadhan. Momentum tersebut akan menambah permintaan minyak goreng yang notabene berasal dari olahan kelapa sawit. Oleh karena itu, Herry menebak, harga CPO terus menanjak ke US$ 1.150 per ton sampai akhir paruh pertama 2011.
"Harga minyak sawit akan didukung kuatnya permintaan global. Maka itu, harganya akan tetap di atas RM 3.000 per ton dalam beberapa bulan ke depan," tutur Lee.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News