Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Harga minyak sawit mentah alias crude palm oil (CPO) mulai membaik akibat naiknya permintaan global. Pada perdagangan Selasa (26/7), per pukul 15.18 WIB, harga CPO untuk kontrak pengiriman Oktober 2016 di Malaysia Derivatives Exchange menguat 1,3% jadi RM 2.299.
Cuma, dalam sepekan terakhir, harga CPO masih tergerus sekitar 0,17%. Harga CPO sempat tertekan seiring dengan turunnya harga minyak dunia serta minyak kedelai. Namun, pelemahan mata uang ringgit Malaysia mampu menahan kejatuhan harga CPO.
Deddy Yusuf Siregar, analis Asia Tradepoint Futures, bilang, harga CPO sempat tertekan sentimen negatif penurunan permintaan. Di semester satu lalu, ekspor CPO Malaysia turun 7% jadi 7,3 juta ton dibanding periode sama 2015. Harga CPO mulai bangkit setelah data Intertek Testing Services menunjukkan, ekspor CPO Malaysia periode 1 Juli-25 Juli meningkat 15,1% menjadi 1 juta ton.
Ekspor naik lantaran permintaan dari Eropa dan China juga meningkat. Di saat yang sama, Malaysian Palm Oil Association merilis output produksi CPO Malaysia periode 1 Juli-20 Juli turun sebesar 2,7%. Deddy menilai permintaan CPO bisa terus meningkat di kuartal III-2016 ini. Apalagi serapan CPO untuk program biodiesel di Indonesia konsisten.
Dalam empat bulan pertama tahun ini, konsumsi biodiesel di Indonesia mencapai sekitar 1 juta kiloliter. Sentimen ini diharap mampu menahan kejatuhan harga CPO. Prediksi Deddy, hingga akhir tahun, harga CPO akan bergerak di kisaran RM 2.100- RM 2.500 per ton.
Tapi, analis Central Capital Futures Wahyu Tri Wibowo menilai penguatan harga CPO kemarin hanya rebound teknikal. Sebab, harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade turun signifikan akibat ekspektasi melimpahnya pasokan di masa panen musim gugur Amerika Serikat (AS).
Asal tahu saja, sepanjang Juli, harga CPO sudah tergerus 1,9% akibat tekanan murahnya harga minyak kedelai. "Jadi sentimen CPO masih lemah karena harga komoditas pesaing rendah, tambah lagi saat ini sudah memasuki musim panen untuk komoditas sejenis," papar Wahyu.
Tren melemah
Analis menilai sejatinya harga rata-rata CPO di semester satu cukup bagus, didukung melemahnya produksi akibat El Nino. Harga minyak kedelai yang lebih kuat, kenaikan harga minyak mentah hingga potensi serangan badai La Nina yang bakal mengganggu produksi kelapa sawit turut mendukung harga CPO.
Meski produksi CPO Malaysia turun 16% pada enam bulan pertama tahun ini, tetapi penurunan produksi di Juni cuma 13%, lebih kecil ketimbang penurunan di Mei sebesar 20%. Ini menunjukkan jika efek El Nino mulai pudar.
Tapi, saat ini harga CPO kembali melemah akibat kuatnya output di semester kedua, ekspor yang melambat serta peningkatan jumlah cadangan CPO. "Tingkat persediaan minyak sawit di Malaysia mulai naik di Juni 2016 setelah turun dalam enam bulan beruntun," ujar Wahyu.
Wahyu memprediksi, harga CPO mampu bergerak di atas RM 2.300 per ton hingga akhir tahun, dengan kisaran pergerakan di RM 2.000–RM 2.400 per ton. Dengan catatan, harga tidak tergerus hingga ke bawah RM 2.000 per ton.
Secara teknikal, Deddy melihat harga CPO bergulir di bawah moving average (MA) 50, MA100 dan MA200. Indikator moving average convergence divergence juga berada di area negatif. Indikator relative strength index cenderung melemah di area 46, dengan stochastic menguat ke level 60.
Hari ini, Deddy memprediksi CPO melemah dan bergerak di RM 2.200-RM 2.340 per ton. Sepekan ke depan, CPO akan bergerak di kisaran RM 2.180-RM 2.360 per ton. Sedang menurut hitungan Wahyu, harga CPO akan melemah di kisaran RM 2.220-RM 2.320 per ton pada hari ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News