kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ekspor Dilarang, Harga CPO Global Diproyeksikan Kembali Tembus MYR 7.000 Per Ton


Senin, 25 April 2022 / 16:38 WIB
Ekspor Dilarang, Harga CPO Global Diproyeksikan Kembali Tembus MYR 7.000 Per Ton
ILUSTRASI. Pemerintah larang ekspor CPO


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah akan segera memberlakukan larangan ekspor crude palm oil (CPO) pada 28 April 2022 mendatang. Hal ini merespons tingginya harga minyak goreng dalam negeri. Diharapkan, kebijakan tersebut bisa memastikan kebutuhan minyak goreng dalam negeri dapat terpenuhi dan terjangkau bagi masyarakat.

Adapun, merujuk bursa derivatif Malaysia, harga CPO kontrak pengiriman Juli berada di level MYR 6.211 per ton. Harga tersebut sudah naik 12,38% dibanding harga per akhir Maret 2022 yang sebesar RM 5.527 per ton dan meningkat 32,23% dibanding harga penutupan akhir tahun 2021 yang sebesar RM 4.697 per ton.

Research & Development ICDX Girta Yoga menilai, dampak dari kebijakan tersebut akan menjadi sesuatu yang positif untuk pasar dalam negeri karena akan membantu menstabilkan harga CPO domestik. Namun dari sisi pasar global, kebijakan tersebut akan membuat pasokan semakin ketat.

“Apalagi jika mengingat posisi Indonesia yang merupakan produsen terbesar CPO pertama dunia, sehingga tentu tidak mudah untuk mendapatkan pengganti pasokan CPO dari Indonesia dalam waktu dekat,” kata Yoga ketika dihubungi Kontan.co.id, Senin (25/4).

Baca Juga: Guru Besar UI: Larangan Ekspor Minyak Goreng Berpotensi Gugatan di WTO

Bahkan, Yoga meyakini potensi penguatan harga masih sangat mungkin mengingat moratorium ekspor CPO Indonesia terjadi di tengah situasi Malaysia yang kurang kondusif. Adapun, saat ini negeri Jiran tersebut masih melakukan negosiasi terkait upah tenaga kerja, sehingga produksi CPO Malaysia dapat dikatakan belum sepenuhnya pulih.

Selain itu, faktor yang bisa mendorong harga minyak CPO terus menguat adalah kondisi pasar minyak nabati. Komoditas ini merupakan produk substitusi CPO di mana saat ini juga mengalami keterbatasan pasokan akibat konflik Ukraina-Rusia. Adapun, Ukraina merupakan salah satu produsen terbesar minyak nabati global.

“Dalam jangka pendek, harga CPO berpotensi menguji level resistance terdekat di harga MYR 7.000 per ton. Sementara untuk level suport terdekat ada di harga MYR 6.000 per ton,” imbuhnya.

Menurut Yoga, ketiga sentimen tadi menjadi penentu utama arah pergerakan harga CPO untuk saat ini. Artinya, jika konflik Ukraina-Rusia berakhir, pencabutan moratorium ekspor CPO Indonesia, serta kembali pulihnya gangguan tenaga kerja perkebunan CPO di Malaysia, maka dapat memicu harga CPO kembali stabil.

Pada tahun ini, berdasarkan hitungan Yoga, harga CPO berpotensi bergerak pada rentang MYR 5.500 - MYR 7.500 per ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×