kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   -2.000   -0,14%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Ekspor CPO akan dilarang demi dorong hilirisasi, saham-saham ini bisa dicermati


Sabtu, 16 Oktober 2021 / 06:30 WIB
Ekspor CPO akan dilarang demi dorong hilirisasi, saham-saham ini bisa dicermati


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Joko Widodo (Jokowi) ingin menghentikan ekspor minyak sawit mentah alias crude palm oil (CPO) sebagai bagian dari rencana hilirisasi industri sawit. Sebagai gantinya, CPO harus diolah terlebih dahulu menjadi produk bernilai tambah, seperti kosmetik, mentega, dan biodiesel.

Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Okie Ardiastama menilai, rencana tersebut dapat membawa dampak positif dalam jangka panjang. Pasalnya, produk turunan CPO dapat meningkatkan nilai jual yang pada akhirnya dapat memperbaiki kinerja keuangan perusahaan.

Meskipun begitu, untuk mewujudkan rencana tersebut, para perusahaan perlu menyiapkan infrastruktur yang kuat dari segi hilir sehingga serapan produksi CPO dapat dikelola secara optimal. 

"Apabila hal tersebut terjadi, saya melihat adanya potensi kenaikan harga bagi produk subtitusi maupun CPO itu sendiri," kata Okie saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (15/10).

Baca Juga: Krisis Energi di China dan India Bisa Pacu Ekspor RI

Terlebih lagi, kebutuhan maupun permintaan atas CPO masih tergolong besar. Nah, upaya penurunan ekspor CPO ini nantinya bakal menekan pasokan CPO yang dijual ke luar negeri sehingga dapat berefek positif terhadap pergerakan harga jualnya ke depan.

Bernada serupa, Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas berpendapat, misi hilirisasi industri sawit pemerintah akan berefek positif ke emiten dalam jangka panjang. Akan tetapi, dalam jangka pendek, dampaknya bisa jadi negatif.

"Larangan tersebut akan menurunkan penjualan CPO terlebih dahulu, mengingat perusahaan perlu mencari target konsumen baru di pasar domestik," ucap Sukarno.

Ekspor produk turunan CPO juga akan menjadi keunggulan tersendiri bagi Indonesia. Pasalnya, sumber daya CPO yang berlimpah membuat produk turunan CPO dari Indonesia memiliki harga jual yang lebih ekonomis dibanding negara pesaing lainnya.

Untuk ke depannya, Sukarno memperkirakan, harga CPO masih berpeluang melanjutkan kenaikan. Namun, dalam jangka pendek hingga menengah, koreksi wajar dapat terjadi karena harganya sudah naik signifikan.

Sejalan dengan itu, menurut Sukarno, ada sejumlah saham yang masih bisa dicermati dan cocok untuk trading buy jangka pendek. Saham-saham tersebut adalah PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) dengan target harga Rp 11.000, PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) Rp 1.560, PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) Rp 1.200, PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) Rp 535, dan PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT) Rp  113 per saham.

Okie juga melihat, saham sektor perkebunan masih menarik ke depannya, terlebih emiten-emiten  tengah fokus pada diversifikasi produk. Dalam waktu dekat, Okie masih menunggu rilis kinerja kuartal III-2021 dari emiten CPO untuk menentukan rekomendasi dan target harga baru.

Sebelumnya, ia memberikan rekomendasi buy LSIP dengan target harga Rp 1.275 per saham, AALI Rp 9.900, dan SIMP Rp 520 per saham. Saat ini, harga ketiga saham tersebut sudah melampaui target harga yang Okie tetapkan.

Selanjutnya: Harga komoditas meroket, neraca dagang diperkirakan masih surplus

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×