Reporter: Dupla Kartini, Bloomberg | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Ekspektasi melambatnya laju inflasi di bulan ini, menopang otot rupiah. Hingga sore, mata uang garuda ini bertahan di level terkuatnya dalam sepekan terakhir.
Rupiah menguat 0,3% ke level Rp 8.548 per dollar AS, hingga pukul 16.49 di Jakarta. Ini merupakan level terkuatnya sejak 23 Mei lalu.
Ekonom yang disurvei Bloomberg memprediksi, harga konsumen per Mei ini akan naik 5,94% dari tahun lalu. Angka tersebut lebih rendah dari bulan sebelumnya yang mencapai 6,16%. Sementara, akhir pekan lalu, Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution menyebut, inflasi akan naik 5,8% hingga 5,9% pada Mei ini, dibanding tahun lalu.
Bulan ini, rupiah sudah terapresiasi 0,2%, dan menjadi mata uang dengan performa kedua terbaik di antara 10 mata uang utama Asia yang diperdagangkan, selain yen. Penguatan ini seiring bertambahnya dana asing yang masuk ke aset lokal. Kepemilikan asing di surat utang pemerintah meningkat 2% menjadi Rp 225,9 triliun di bulan ini hingga 26 Mei lalu.
Head of Treasury PT Bank Resona Perdania Lindawati Susanto menyebut, inflasi akan terus dikendalikan, dan itu akan memberikan kepercayaan kepada investor. "BI juga akan terus menggunakan mata uang untuk menekan inflasi impor," ujarnya.
Sementara, sore ini, data Inter-Dealer Market Association menunjukkan, imbal hasil obligasi yang berakhir Juli 2021 turun dua basis poin ke level 7,38%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News