Reporter: Gentur Putro Jati | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Tidak puas menjadi raja di industri otojasa, Cipaganti Grup mengembangkan sayap bisnisnya ke pertambangan batubara melalui anak usahanya PT Cipaganti Inti Resources.
Presiden Direktur Cipaganti Grup Andianto Setiabudi menjelaskan, saat ini perusahaannya sudah memegang lima tambang batubara berstatus kuasa pertambangan (KP) yang semuanya ada di Kalimantan Timur.
"Cipaganti mengakuisisi lima tambang tersebut mulai 2008 dengan nilai bervariasi antara Rp 20 miliar-Rp 50 miliar tergantung cadangan batubara yang terkandung di dalamnya. Total kandungan batubara di lima tambang itu sebanyak 223 juta ton," kata Andianto, Kamis (25/11).
Pengusaha yang merintis Cipaganti dengan menyewakan dua unit mobil itu menyebut dua dari lima tambang itu sudah memiliki izin usaha pertambangan produksi sementara tiga lainnya masih dalam tahap eksplorasi.
Tambang yang mulai hari ini berproduksi terletak di blok Penajam, yang digarap Cipaganti bersama Koperasi Paser Bolum Taka. Tambang itu memiliki konsesi seluas 100 hektar dengan cadangan batubara berkalori 5.500-5.800 kilo kalori (kkal) sebanyak 3 juta ton.
"Target awal produksi perdana tambang kami itu secara bertahap sekitar 80.000 ton per bulan atau 1 juta ton per tahun yang akan dicapai paling lambat Juni 2011," ujarnya.
Tak kesulitan pasok alat berat
Tambang Cipaganti berikutnya yang juga akan berproduksi terletak di Damai, Kutai Barat melalui bendera KP PT Inti Jaya Prima Coal. Tambang tersebut memiliki kandungan batubara berkalori 6.400-6.600 kkal sebanyak 30 juta ton di atas 1.300 hektar lahan konsesi.
Lalu yang baru akan berproduksi tahun depan adalah KP PT Jayakishma Globe Indonesia di blok Sandaran, Kutai Timur dengan luas konsesi 15.000 hektar. Serta memiliki kandungan batubara 150 juta ton dengan kadar kalori 5.400-5.600 kkal; KP PT Borneo Resources Persada di blok Bentian Besar, Kutai Barat dengan luas konsesi 5.700 hektar. Serta kandungan batubara 20 juta ton dengan kadar kalori 7.500-8.000 kkal. Terakhir KP PT Kencana Wisto di blok Bongan, Kutai Barat. Dengan kandungan 20 juta ton batubara berkalori 7.500-8.000 kkal diatas lahan konsesi 5.100 hektar.
"Dalam lima tahun ke depan total produksi puncak ditargetkan menjadi 1 juta ton per bulan atau 12 juta ton per tahun. Cipaganti akan menjadi operator sendiri di lima blok tersebut karena sebelumnya sudah berpengalaman di bisnis alat berat dengan didukung Komatsu dan United Tractors," jelasnya.
Andianto sudah mahfum bahwa batubara yang sudah dikeluarkan dari perut bumi tidak bisa disimpan terlalu lama di stockpile. Karena itu, Cipaganti akan menjual 70% produksi melalui trading company Nobel Group. Sementara 30% di jual kepada PT Indonesia Power, anak usaha PT PLN (Persero) sebagai pembeli domestik.
"Harga batubara paling murah mulai dari US$ 50 per ton, sementara biaya produksi kami hitung sekitar US$ 20-30 per ton sampai diangkut ke vessel. Untuk alat berat kami sudah ada, tinggal memindahkan beberapa unit dari kantor cabang ke Kalimantan Timur. Sehingga yang perlu disediakan hanya biaya operasinya," jelasnya.
Direktur Pemasaran PT United Tractors Tbk Hendrik K Hadiwinata menjelaskan, perusahaan baru yang masuk ke industri pertambangan batubara umumnya menyediakan minimal US$ 15 juta untuk kapasitas produksi 1 juta ton.
"80% dari modal tersebut dibelanjakan untuk mengadakan alat berat. Sementara sisanya untuk supporting dan lainnya," kata Hendrik.
Sementara, Manager Operasional United Tractors Suharto berpendapat Cipaganti tidak akan kesulitan mengadakan alat berat itu. Karena sudah lebih dulu mengembangkan bisnis sewa alat berat.
"Mereka punya 850 unit alat berat, dimana 80% nya kami yang memasok. Untuk kapasitas produksi 1 juta ton paling mereka hanya perlu memindahkan 15 unit eskavator dan buldozer," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News